Grave of the Fireflies

August 26, 2003 0 comments
Grave of the Fireflies menceritakan tentang perjuangan hidup sepasang kakak beradik selama Perang Dunia II di Jepang. Sewaktu serangan udara menghancurkan Kobe dan merenggut nyawa ibunya, Seita yang berusia 14 tahun ditinggal sendiri bersama adik perempuannya, Setsuko yang baru berusia 4 tahun. Dengan harapan bahwa ayahnya yang sedang bertugas di Angkatan Laut akan kembali suatu saat, Seita dan Setsuko menumpang tinggal di rumah bibinya. Suasana perang yang serba menyulitkan membuat bibinya bersikap keras atas mereka, termasuk dalam pembagian jatah makanan. Karena nggak tahan dengan sindiran-sindiran yang keluar dari mulut bibinya, Seita memutuskan membawa Setsuko keluar dari rumah tersebut. Mereka menemukan gua di tepi sungai yang bisa digunakan sebagai tempat tinggal. Dengan segala keterbatasan dan ditemani oleh kunang-kunang yang senantiasa memberikan penghiburan, Seita berusaha menyediakan semua kebutuhan mereka.

Kisah Grave of the Fireflies mengalir secara kilas balik dari pandangan Seita. Dengan nuansa warna merah kecoklatan, karakter Seita berdiri sebagai orang luar yang menyaksikan kenangan kehidupan masa lalu yang lebih berwarna bersama adik kecilnya. Walaupun kalimat yang dilontarkan oleh Seita di awal film sedikit banyak udah memberikan gambaran bagaimana kisah akan diakhiri, bukan berarti hal itu mengurangi makna dari keseluruhan cerita. Di tengah-tengah getirnya kehidupan Seita dan Setsuko, keceriaan kanak-kanak mereka masih terasa kental. Setsuko yang lugu dan polos masih sanggup bermain dan berceloteh lucu. Di sisi lain, Seita dengan ego remajanya bisa memperlihatkan rasa sayang dan perlindungan terhadap adiknya, dengan cara yang sama lugu dan sama polosnya.

Sutradara Isao Takahata menyadur kisah yang berjudul asli Hotaru No Haka ini berdasarkan novel semi-autobiografi dari Akiyuki Nosaka. Setting cerita dibuat berdasarkan lokasi yang benar-benar ada, atau yang pernah ada pada masa itu. Adegan demi adegan ditulis berdasarkan pengalaman para pembuat film tersebut. Pemilihan Ayano Shiraishi yang berusia 5 tahun sebagai penyuara Setsuko memiliki catatan tersendiri. Sinkronisasi yang cermat antara animasi dengan suara dilakukan secara terbalik - gambar menyesuaikan suara - terbukti mampu melepaskan emosi karakter tanpa batas. Hal-hal inilah yang menjadikan Grave of the Fireflies mempunyai nilai realita yang sangat tinggi.

Gue nggak bisa bilang Grave of the Fireflies sebagai sebuah film yang murni menekan perasaan. Gue lebih melihat ini sebagai film yang bisa membawa gue ke dalam suasana tawa dan tangis yang dialami oleh karakter-karakternya. Seita dan Setsuko adalah segelintir dari sekian banyak kanak-kanak korban kekejaman perang. Kanak-kanak yang menjalani hari apa adanya, yang nggak begitu mengerti kenapa kebahagiaan dan kehidupan mereka bisa terenggut begitu cepat. Seperti kunang-kunang yang hidupnya berakhir setelah memberikan cahayanya di tengah kegelapan malam. Indah. Tragis.



0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Imitating the Critics | TNB