STOMP adalah nama dari sebuah group yang terdiri dari sekelompok artis yang memainkan musik dengan cara-cara yang nggak biasa. Dibentuk secara resmi di Inggris oleh Luke Cresswell pada tahun 1991, sebagai hasil dari perencanaan selama sepuluh tahun. Ide awalnya muncul dari suara-suara yang didengar oleh Cresswell sehari-hari seperti suara sapu atau penyala api zippo. Irama unik yang dihasilkan oleh suara-suara tersebut membuat Cresswell tertarik untuk mengkreasi suatu seni musik yang menggabungkan berbagai macam alat, dipadu dengan seni tari dan mimik. Dimulailah pencarian orang-orang yang memiliki bakat seni, terutama dalam menggebuk drum, karena hal ini merupakan unsur yang paling penting dalam membangun suatu irama yang penuh semangat. Terpilihlah 7 orang - Nick Dwyer, Sarah Jayne Eddy, Theseus Gerard, Fraser Morrison, Carl Smith, David Olrod dan Fiona Wilkes - ditambah dengan Cresswell sendiri. Delapan orang ini merupakan kelompok asli STOMP, yang sekarang jumlah anggotanya sudah meluas sampai ke Inggris dan Amerika Serikat.
Kelompok STOMP dengan keunikannya diterima dengan baik oleh para pencinta seni di seluruh dunia. Di tahun 1995, Cresswell bersama dengan sutradara Steve McNicholas mempublikasikan salah satu penampilan mereka yang berjudul "Brooms" dalam bentuk film pendek berdurasi 16 menit. Film ini berhasil mendapatkan nominasi Palm D'Or dari Cannes Film Festival 1996 untuk kategori Best Short Film dan nominasi Academy Awards 1996 untuk kategori Best Short Film (Live Action). STOMP sendiri diundang untuk menampilkan kemampuan mereka memainkan sapu pada malam penghargaan Oscar tersebut.
Di tahun 1997, HBO Special menayangkan penampilan mereka yang berjudul STOMP Out Loud selama 50 menit. Tayangan ini berhasil memenangkan penghargaan Emmy Awards 1998 untuk kategori Outstanding Multi-Camera Picture Editing for a Miniseries, Movie or a Special, sekaligus meraih nominasi di ajang penghargaan yang sama untuk kategori Outstanding Art Direction for a Variety or Music Program, Outstanding Directing for a Variety or Music Program dan Outstanding Sound Mixing for a Variety or Music Series or a Special. Dengan setting panggung yang dibuat di dalam sebuah bangunan tua di Brooklyn Navy Yard, STOMP Out Loud direkam secara live sebanyak dua kali berturut-turut, disaksikan oleh penonton yang sama.
STOMP Out Loud yang juga merupakan karya kolaborasi antara Luke Cresswell dan Steve McNicholas, terbagi dalam 14 episode yang menggunakan alat-alat bervariasi, ditambah dengan film pendek "Brooms":
"Suspension"
Bersetting di atap sebuah gedung, peralatan-peralatan suspensi mobil digantungkan di sebuah rangka billboard yang kosong. Sekelompok orang bergantungan di billboard tersebut dengan menggunakan tali pengaman. Di sanalah mereka memainkan knalpot, velg, dan semua alat yang ada disana. Dipadu dengan kelenturan tubuh mereka yang lincah berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi yang lain, penampilan mereka sangat menarik dan berani.
"The Truck"
Dengan menaiki truk bermuatan penuh, sekelompok kecil orang menyusuri jalan sambil memukul-mukul stir mobil, dashboard dan atap mobil. Singkat. Perjalanan truk ini berakhir di panggung.
"Brooms"
Sekelompok penyapu menyapu panggung sambil menghentak-hentakkan gagang sapu ke lantai panggung, atau ke gagang sapu rekannya. Debu-debu pun berterbangan di sekitar panggung. Ada beberapa adegan yang menampilkan gagang sapu tersebut diputar-putar selayaknya tongkat mayorette sebuah marching band. Suara desiran sapu dan hentakan gagangnya, ditambah dengan suara ketukan sepatu beralas besi yang dipakai oleh mereka, menciptakan penampilan yang intens. Sampai ada satu sapu yang patah gagangnya begitu dipukulkan ke lantai di dekat akhir penampilan. Sang pemilik sapu sempat melongo, tapi cuma sesaat. Karena pertunjukan harus tetap berlangsung, sapu malang itu dilempar ke belakang panggung, dan sang pemilik langsung mendapatkan sapu yang baru.
"Shack (1)"
Di atas panggung didirikan sebuah ruangan kecil tempat empat orang bermain kartu. Tiga orang melawan satu orang. Tipu menipu dan adu cepat menepuk kartu pun terjadi. Suara unik ditampilkan lewat kartu yang dibagikan. Episode ini juga berlangsung sangat singkat.
"Basketballs"
Di sebuah lorong gang, sekelompok anak-anak muda yang memainkan bola basket. Masing-masing orang memegang satu bola. Bola di-dribble sangat rendah dan cepat, dilempar-lempar ke tong sampah dan ke dinding-dinding bangunan di sekitar mereka.
"Kitchen"
Menceritakan kesibukan sekelompok juru masak di dapur. Ada chef yang galak, ada pelayan yang selalu meneriakkan pesanannya, ada steward yang memain-mainkan air di mesin pencuci piring, sampai suara panci-panci yang dipukul dan sayuran yang diiris atau dicincang.
"Waterphonics"
Berlokasi di bawah sebuah dermaga, sekelompok orang menceburkan diri ke dalam air setinggi pinggang, dan memainkan tiang-tiang dermaga. Suara yang keluar dari tiang yang dipukul itu memiliki nada yang bervariasi, seperti suara kolintang. Yang lebih unik lagi, air di sekeliling mereka berwarna hijau terang seperti fosfor. Dari catatan produksi, warna ini merupakan warna natural, bukan efek warna buatan.
"Tea Towels"
Tong-tong plastik diletakkan di atas panggung. Sekelompok orang, masing-masing memegang dua buah handuk kecil yang dililit, berdiri di belakang tong-tong itu. Hujan mengguyur hanya (!!) di atas panggung, membasahi mereka. Dan dimulailah acara pemukulan tong dengan handuk sebagai tongkat pemukulnya. Suara yang dihasilkan sangat rendah dan berdentum.
"Shack (2)"
Merupakan lanjutan dari episode permainan kartu sebelumnya. Kali ini, hanya satu orang yang memegang kartu. Sedangkan tiga orang lainnya menyaksikan sambil memainkan cangkir-cangkir kaleng, mengetuk-ngetukkannya dengan sendok kecil. Waktu makan siang tiba, mereka menggigit buah apel secara bergantian dan berirama. Membuat sang pemegang kartu gugup karena suara-suara yang ditimbulkan.
"Buckets"
Di atas panggung, sekelompok orang memainkan ember-ember seng. Saling lempar, saling oper, dan ember-ember itu ditepuk-tepuk dengan telapak tangan, digeser, diputar-putar di lantai panggung. Menghasilkan suara nyaring dan berdesir.
"Poles"
Kali ini giliran tongkat kayu yang menjadi alat musik. Diketuk-ketuk ke lantai panggung, dilempar, diputar-putar, dipukul-pukulkan ke tongkat sesama rekan, bunyi yang dihasilkan hampir mirip dengan apa yang dihasilkan oleh "Brooms". Tapi melihat dari panjangnya tongkat dan ketatnya jarak antara mereka, keliatan bahwa tongkat bisa jadi alat yang berbahaya apabila nggak dipegang dengan baik.
"Shack (3)"
Merupakan bagian akhir dari permainan kartu. Acara tepuk-menepuk kartu dan adu cepat mencapai puncaknya. Kartu-kartu bertebaran dan melayang berantakan ke atas meja. Dan yang paling akhir menghabiskan dan menutup kartu yang menjadi pemenangnya.
"Alley/Bins"
Sekali lagi mengambil setting di sebuah gang. Sekelompok pria memain-mainkan kunci, dan sekelompok pemuda memukul-mukul tangga darurat di atasnya. Dilanjutkan dengan penampilan di atas panggung, menggunakan tong-tong sampah seng sebagai snare drum, tong sampah plastik sebagai bass drum, dan tutup tong sampah seng sebagai simbal. Yang muncul adalah keramaian yang setara dengan marching band. Irama etnik mengalir cepat dan seru.
"Encore"
Penutup dari keseluruhan pertunjukan ini menampilkan gabungan dari semua alat yang sudah digunakan sebelumnya. Irama semakin cepat dan panas, ditambah dengan koreografi penuh semangat. Kali ini, Luke Cresswell hanya menggunakan tepukan tangannya sebagai alat. Dan dia mengajak penonton berpartisipasi. Cresswell memberikan contoh berbagai macam tepukan, yang kemudian diikuti oleh para penonton. Sampai semua anggota STOMP mengundurkan diri mereka satu persatu ke belakang panggung, tinggal Cresswell seorang diri di atas panggung menjentikkan jarinya, ditemani oleh jentikan jari para penonton. Suatu penutup pesta etnik yang sangat manis.
"Brooms"
Film pendek ini berkisah dengan tentang seorang penyapu yang bertugas membersihkan sampah-sampah pasar di jalan, dibantu oleh para penyapu jalanan yang lain yang bergabung setelah beberapa saat. Koreografi yang ditampilkan sama dengan penampilan di atas panggung, hanya kali ini para penyapu ditemani oleh seorang pembawa troli barang yang berseliweran ke sana ke mari. Juga muncul beberapa tokoh tambahan. Suara sapu dan gagangnya pun diramaikan oleh suara kaleng-kaleng dan sampah yang beterbangan kena tendang dan kena sapu.
Secara keseluruhan, STOMP Out Loud sangat menghibur. Gue pada awalnya lumayan meragukan kemampuan kelompok ini, ditambah dengan ide yang sama sekali nggak pernah kepikir oleh gue. Gue udah menunda lama buat menonton film ini. Tapi begitu "Suspension" mengalun, gue langsung merasa nggak rela meninggalkan kursi gue dan mengalihkan perhatian gue ke tempat lain. Memang nggak semua episode gue suka, seperti "The Truck" dan "Shack" yang menurut gue terlalu singkat dan hampir nggak ada istimewanya dibandingkan dengan episode yang lainnya. Ketertarikan gue lebih ke arah seni musik yang dinamis dan darimana suara-suara itu dihasilkan. Dan entah berapa kali gue berdecak kagum ngeliat anggota STOMP memainkan itu semua dengan totalitas yang tinggi. Kecintaan mereka akan seni begitu tercermin dalam ekspresi mereka yang seperti tanpa beban. Yang pria maupun yang wanita, semuanya bersatu dalam irama yang menghasilkan imajinasi bebas dan liar.
Kelompok STOMP dengan keunikannya diterima dengan baik oleh para pencinta seni di seluruh dunia. Di tahun 1995, Cresswell bersama dengan sutradara Steve McNicholas mempublikasikan salah satu penampilan mereka yang berjudul "Brooms" dalam bentuk film pendek berdurasi 16 menit. Film ini berhasil mendapatkan nominasi Palm D'Or dari Cannes Film Festival 1996 untuk kategori Best Short Film dan nominasi Academy Awards 1996 untuk kategori Best Short Film (Live Action). STOMP sendiri diundang untuk menampilkan kemampuan mereka memainkan sapu pada malam penghargaan Oscar tersebut.
Di tahun 1997, HBO Special menayangkan penampilan mereka yang berjudul STOMP Out Loud selama 50 menit. Tayangan ini berhasil memenangkan penghargaan Emmy Awards 1998 untuk kategori Outstanding Multi-Camera Picture Editing for a Miniseries, Movie or a Special, sekaligus meraih nominasi di ajang penghargaan yang sama untuk kategori Outstanding Art Direction for a Variety or Music Program, Outstanding Directing for a Variety or Music Program dan Outstanding Sound Mixing for a Variety or Music Series or a Special. Dengan setting panggung yang dibuat di dalam sebuah bangunan tua di Brooklyn Navy Yard, STOMP Out Loud direkam secara live sebanyak dua kali berturut-turut, disaksikan oleh penonton yang sama.
STOMP Out Loud yang juga merupakan karya kolaborasi antara Luke Cresswell dan Steve McNicholas, terbagi dalam 14 episode yang menggunakan alat-alat bervariasi, ditambah dengan film pendek "Brooms":
"Suspension"
Bersetting di atap sebuah gedung, peralatan-peralatan suspensi mobil digantungkan di sebuah rangka billboard yang kosong. Sekelompok orang bergantungan di billboard tersebut dengan menggunakan tali pengaman. Di sanalah mereka memainkan knalpot, velg, dan semua alat yang ada disana. Dipadu dengan kelenturan tubuh mereka yang lincah berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi yang lain, penampilan mereka sangat menarik dan berani.
"The Truck"
Dengan menaiki truk bermuatan penuh, sekelompok kecil orang menyusuri jalan sambil memukul-mukul stir mobil, dashboard dan atap mobil. Singkat. Perjalanan truk ini berakhir di panggung.
"Brooms"
Sekelompok penyapu menyapu panggung sambil menghentak-hentakkan gagang sapu ke lantai panggung, atau ke gagang sapu rekannya. Debu-debu pun berterbangan di sekitar panggung. Ada beberapa adegan yang menampilkan gagang sapu tersebut diputar-putar selayaknya tongkat mayorette sebuah marching band. Suara desiran sapu dan hentakan gagangnya, ditambah dengan suara ketukan sepatu beralas besi yang dipakai oleh mereka, menciptakan penampilan yang intens. Sampai ada satu sapu yang patah gagangnya begitu dipukulkan ke lantai di dekat akhir penampilan. Sang pemilik sapu sempat melongo, tapi cuma sesaat. Karena pertunjukan harus tetap berlangsung, sapu malang itu dilempar ke belakang panggung, dan sang pemilik langsung mendapatkan sapu yang baru.
"Shack (1)"
Di atas panggung didirikan sebuah ruangan kecil tempat empat orang bermain kartu. Tiga orang melawan satu orang. Tipu menipu dan adu cepat menepuk kartu pun terjadi. Suara unik ditampilkan lewat kartu yang dibagikan. Episode ini juga berlangsung sangat singkat.
"Basketballs"
Di sebuah lorong gang, sekelompok anak-anak muda yang memainkan bola basket. Masing-masing orang memegang satu bola. Bola di-dribble sangat rendah dan cepat, dilempar-lempar ke tong sampah dan ke dinding-dinding bangunan di sekitar mereka.
"Kitchen"
Menceritakan kesibukan sekelompok juru masak di dapur. Ada chef yang galak, ada pelayan yang selalu meneriakkan pesanannya, ada steward yang memain-mainkan air di mesin pencuci piring, sampai suara panci-panci yang dipukul dan sayuran yang diiris atau dicincang.
"Waterphonics"
Berlokasi di bawah sebuah dermaga, sekelompok orang menceburkan diri ke dalam air setinggi pinggang, dan memainkan tiang-tiang dermaga. Suara yang keluar dari tiang yang dipukul itu memiliki nada yang bervariasi, seperti suara kolintang. Yang lebih unik lagi, air di sekeliling mereka berwarna hijau terang seperti fosfor. Dari catatan produksi, warna ini merupakan warna natural, bukan efek warna buatan.
"Tea Towels"
Tong-tong plastik diletakkan di atas panggung. Sekelompok orang, masing-masing memegang dua buah handuk kecil yang dililit, berdiri di belakang tong-tong itu. Hujan mengguyur hanya (!!) di atas panggung, membasahi mereka. Dan dimulailah acara pemukulan tong dengan handuk sebagai tongkat pemukulnya. Suara yang dihasilkan sangat rendah dan berdentum.
"Shack (2)"
Merupakan lanjutan dari episode permainan kartu sebelumnya. Kali ini, hanya satu orang yang memegang kartu. Sedangkan tiga orang lainnya menyaksikan sambil memainkan cangkir-cangkir kaleng, mengetuk-ngetukkannya dengan sendok kecil. Waktu makan siang tiba, mereka menggigit buah apel secara bergantian dan berirama. Membuat sang pemegang kartu gugup karena suara-suara yang ditimbulkan.
"Buckets"
Di atas panggung, sekelompok orang memainkan ember-ember seng. Saling lempar, saling oper, dan ember-ember itu ditepuk-tepuk dengan telapak tangan, digeser, diputar-putar di lantai panggung. Menghasilkan suara nyaring dan berdesir.
"Poles"
Kali ini giliran tongkat kayu yang menjadi alat musik. Diketuk-ketuk ke lantai panggung, dilempar, diputar-putar, dipukul-pukulkan ke tongkat sesama rekan, bunyi yang dihasilkan hampir mirip dengan apa yang dihasilkan oleh "Brooms". Tapi melihat dari panjangnya tongkat dan ketatnya jarak antara mereka, keliatan bahwa tongkat bisa jadi alat yang berbahaya apabila nggak dipegang dengan baik.
"Shack (3)"
Merupakan bagian akhir dari permainan kartu. Acara tepuk-menepuk kartu dan adu cepat mencapai puncaknya. Kartu-kartu bertebaran dan melayang berantakan ke atas meja. Dan yang paling akhir menghabiskan dan menutup kartu yang menjadi pemenangnya.
"Alley/Bins"
Sekali lagi mengambil setting di sebuah gang. Sekelompok pria memain-mainkan kunci, dan sekelompok pemuda memukul-mukul tangga darurat di atasnya. Dilanjutkan dengan penampilan di atas panggung, menggunakan tong-tong sampah seng sebagai snare drum, tong sampah plastik sebagai bass drum, dan tutup tong sampah seng sebagai simbal. Yang muncul adalah keramaian yang setara dengan marching band. Irama etnik mengalir cepat dan seru.
"Encore"
Penutup dari keseluruhan pertunjukan ini menampilkan gabungan dari semua alat yang sudah digunakan sebelumnya. Irama semakin cepat dan panas, ditambah dengan koreografi penuh semangat. Kali ini, Luke Cresswell hanya menggunakan tepukan tangannya sebagai alat. Dan dia mengajak penonton berpartisipasi. Cresswell memberikan contoh berbagai macam tepukan, yang kemudian diikuti oleh para penonton. Sampai semua anggota STOMP mengundurkan diri mereka satu persatu ke belakang panggung, tinggal Cresswell seorang diri di atas panggung menjentikkan jarinya, ditemani oleh jentikan jari para penonton. Suatu penutup pesta etnik yang sangat manis.
"Brooms"
Film pendek ini berkisah dengan tentang seorang penyapu yang bertugas membersihkan sampah-sampah pasar di jalan, dibantu oleh para penyapu jalanan yang lain yang bergabung setelah beberapa saat. Koreografi yang ditampilkan sama dengan penampilan di atas panggung, hanya kali ini para penyapu ditemani oleh seorang pembawa troli barang yang berseliweran ke sana ke mari. Juga muncul beberapa tokoh tambahan. Suara sapu dan gagangnya pun diramaikan oleh suara kaleng-kaleng dan sampah yang beterbangan kena tendang dan kena sapu.
Secara keseluruhan, STOMP Out Loud sangat menghibur. Gue pada awalnya lumayan meragukan kemampuan kelompok ini, ditambah dengan ide yang sama sekali nggak pernah kepikir oleh gue. Gue udah menunda lama buat menonton film ini. Tapi begitu "Suspension" mengalun, gue langsung merasa nggak rela meninggalkan kursi gue dan mengalihkan perhatian gue ke tempat lain. Memang nggak semua episode gue suka, seperti "The Truck" dan "Shack" yang menurut gue terlalu singkat dan hampir nggak ada istimewanya dibandingkan dengan episode yang lainnya. Ketertarikan gue lebih ke arah seni musik yang dinamis dan darimana suara-suara itu dihasilkan. Dan entah berapa kali gue berdecak kagum ngeliat anggota STOMP memainkan itu semua dengan totalitas yang tinggi. Kecintaan mereka akan seni begitu tercermin dalam ekspresi mereka yang seperti tanpa beban. Yang pria maupun yang wanita, semuanya bersatu dalam irama yang menghasilkan imajinasi bebas dan liar.
0 comments:
Post a Comment