Ungu Violet

July 11, 2005 0 comments
Satu kata yang gue kira bisa menggambarkan film ini: Sendu.

Opening credit yang dipenuhi sama tampilan foto-foto dengan background sulur-sulur bunga warna merah dan biru yang bergerak melukis, cantik. Gue suka banget. Gerakannya lembut .. haluuuss .. terus musik latar yang cuma pake piano dan cello (bukan biola kan?), pas banget deh perpaduannya.

Dian Sastro is amazingly sweet as Kalin. Gue bilang, sedikit terlalu tebal di tata rias .. tapi dengan rambut berponi, dia itu cute banget. Dan film ini lebih berhasil karena akting Dian. Di awal film, adegan perkenalan Kalin dengan Lando was really a hoot ("Mo nawarin barang?" *lol*). Mulai pertengahan sampai akhir, sentral perhatian buat gue hanya ada di Kalin. Effortless. Sebaliknya Rizky Hanggono .. o well .. apa emang dia diharuskan berakting semurung itu? .. emosinya ga gitu kena .. bisa digali lebih dalam lagi daripada cuma jadi cowok yang jarang senyum dan suka menyendiri. Apakah Lando cinta sama Kalin .. sebegitu besar dengan sebegitu sempitnya waktu? Mestinya sih iya, tapi kurang keliatan real. Apa Rizky bisa membuat penonton care sama nasibnya Lando? Gue ga yakin. Gue tau malah Dian yang bisa membuat gue lebih care ke nasib Kalin.

Film ini bisa jadi membosankan karena suasananya .. belom lagi banyak keheningan yang sometimes it's too dragging. Tapi gue hargai usaha Rako Prijanto dan crew-nya dalam menjadikan Ungu Violet berpusat pada tema warna dan kisah antara dua pemeran utamanya. Gue baca di mana ya, Ungu Violet dinamakan demikian buat menggambarkan warna ungu yang tone-nya kelam, dan perlahan berubah menjadi violet yang tone-nya lebih indah. Menggambarkan hubungan cinta antara Kalin dan Lando. Dan gue liat secara nyata, film ini sendiri penuh tebaran warna merah dan biru dimana-mana. (Tau kan, kalo dua warna itu digabung bisa jadi warna ungu/violet? Kalo banyakan biru, jadi ungu .. kalo banyakan merah, jadi violet. Yeee .. kayak pelajaran menggambar di SD aja =D). Agak maksa dikit ya .. tapi lumayan efektif mengangkat nilai artistik. Liat aja kamarnya Lando .. dindingnya biru, karpetnya merah. Kamar Kalin, semuanya merah menyala. Papan billboard gede bergambar pantai, warnanya biru (asli, tadinya gue pikir Lando duduk di pinggir pantai. Ternyata .. di atas bangunan). Pas diganti sama iklan Mesmerized, warnanya merah. Sementara setting yang lain .. gelap-gelap, becek, hujan .. kayaknya sineas-sineas Indonesia makin pinter nyari lokasi dan ditangkap sedemikian rupa .. sampe penonton ga tau atau ga ngeh ini ada di daerah mana, apa emang ada daerah seperti itu di Jakarta, even Mal Taman Anggrek di-shoot dari kejauhan seperti bangunan apaan gitu lho. Rumah sakit pun digambarkan begitu nyaman .. wuaia .. seperti di paviliun mana. Dan walaupun kisahnya lagi-lagi klise (nonton film Indonesia, ternyata lagi-lagi nemuin salah satu karakternya bernasib malang) .. dan juga endingnya yang terlalu dipaksakan open .. buat tearjerker, Ungu Violet boleh lah. Cocok buat chicks kayak gue .. hehe .. daripada nontonin film Indonesia lainnya yang cuma jual huru-hara masa remaja, atau keborjuan gaya anak-anak masa kini yang matang dikarbit?



0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Imitating the Critics | TNB