Fantasi

March 30, 2005 0 comments
Kalo ngeliat yang terlibat dalam pembuatan film ini .. let's see .. Produser: Garin Nugroho + sama siapa lagi ga tau. Penulis: Hilman Hariwijaya (ini Hilman Lupus bukan ya?) + Adra P. Daniel. Sutradara: Putu Wijaya + satu lagi ga inget namanya. Aktor (selain anak-anak AFI dan Model Indonesia): Mathias Muchus, Cut Mini, Rico Tampatty, Lidya Kandou, Herdin Hidayat. Tema: dua kisah cinta segitiga dibalut musikal kisah Cinderella. Sounds quite promising, kan? Not so.

Gue bagi jadi plus-minus aja.

PLUS .. always start with the plus =p:
Film ini punya soundtracks yang bagus. Pilihan lagu-lagunya bervariasi, mulai dari pop sampe dangdut *gubrak*. Kalo ada yang seneng sama lagu-lagunya 2D (Dian Pramana Putra + Dheddy Dukun) .. silakan bernostalgia. Koreografinya juga boleh, walaupun temanya random banget (malah ada beberapa yang nggak nyambung sama scene-nya, seperti tau-tau muncul koki-koki en nona-nona berkostum kayak Milkmaid Lady di jalanan depan perumahan .. ditambah marching band pula .. atau tau-tau muncul rombongan men in black seperti gangster ber-tap dance di ruangan kosong). A little bit terpengaruh sama film-film musikal luar negeri kayaknya nih. Lagu "Di Sekitar Kita" yang dinyanyiin sama Tia di cafe ternyata cuma sepotong aja .. tapi gue suka. Terus waktu Indah bermimpi di atas panggung .. biarpun kerasa ada pengaruh ide dari Anastasia (adegan Anya bermimpi dan berdansa di ballroom kosong), Moulin Rouge! (Satine di atas ayunan, remember?) sama Chicago (mirror reflection) .. suara Rini dan lagunya itu cantik banget. Love it. Setting sebagian besar diceritakan di Akademi Fantasi yang halamannya seperti pasar malam .. lengkap dengan carrousel, arena permainan lempar bola, terowongan cinta, panggung musik terbuka dan entah apa lagi. Cukup berwarna sebenernya, asal kita bisa nyimpen energi buat ga mikir banyak-banyak (namanya juga fantasi). Lokasi-lokasi lain yang diambil juga .. er .. keliatan jadi seperti di negeri antah berantah. Kebayang Plaza BII di Thamrin sana, yang pilar-pilarnya disorot sedemikian rupa jadi keren gitu lho .. terus pelatarannya diset sampe berkesan seperti pedestrian yang adem, dengan burung-burung merpati jinak di sekitarnya, ada kios-kios, ada terrace cafe, ada pramugari-pramugari cantik berseragam serupa Singapore Airlines yang dateng rame-rame sambil narik cabin suit .. bingung ga? Heheh .. De ja vu juga, ada lokasi yang diambil di dalam Lippo Supermal (pas banget gue juga nontonnya di sana, dan baru aja nurunin eskalator deket gerai fresh flower).

MINUS:
Ga bisa dibilang anak-anak AFI itu sepenuhnya "kosong" dalam hal akting, karena selama mereka di akademi, mereka udah mendapatkan pelatihan dari pakar-pakarnya. Tapi di film ini, mereka ga berkembang sama sekali. Karena karakter-karakternya terlalu banyak, terlalu padat dan dipaksakan .. bahkan para aktor-aktris pendukung yang udah jauh lebih senior (dan yang terbukti bagus aktingnya) ga banyak menolong di sini. Mereka betul-betul cuma jadi pendukung dengan screentime seiprit. Paling yang dapet porsi lumayan besar dan lumayan catchy itu Mathias Muchus sebagai pelatih drama yang feminin, juga Cut Mini sebagai Twiggy, asisten si pelatih. Mereka menampilkan permainan mimik yang agak berlebihan, tapi mampu menciptakan humor. Kalo pemeran utamanya sih .. gue cuma bisa bilang Rini dan Cindy yang beruntung. Beruntung karena mereka bisa mendapatkan kesempatan meraih simpati dan antipati dari penonton lewat karakternya .. entah berhasil atau nggak .. tergantung penontonnya. Kalo gue sih, not bad lah .. soalnya dibandingin sama yang lainnya, yang jauh lebih jelek .. argh. Ngerame-ramein screen aja. Micky datar, Veri terlalu komikal (ampun .. waktu dia nyanyi lagu dangdut sambil meluk boneka beruang gede .. amit-amit, ga banget deh), Nia cuma ketolong sama imutnya aja, Adit ketolong waktu dia dapet screen bareng sama Nia (for those who know about their story behind the scene of AFI2, you'll know what I mean =D), Icha lincah kayak kutu loncat dan dia ketolong sama peran ikan mas kokinya (cute!), Kia cuma nyanyi di awal film, Tia cuma muncul di awal dan nyanyi di pertengahan film (and ending credit) .. dan akademia yang lain? Unless they are on screen singing and dancing, they can do whatever they want to do, I won't even bother to care. Scriptnya juga remaja banget .. campur aduk .. kadang kecampur sama bau-bau sinetron lokal (terlalu hitam-putih) .. banyak selipan-selipan adegan yang ga penting, sampe gue ga bisa inget lagi deh karena beneran cuma asal lewat aja. Dialognya lumayan dangkal, banyak pengulangan, dan humornya banyak yang gagal (ga semua sih .. ada juga yang extremely funny seperti celetukan "Salah casting" yang menurut gue pas banget masuk ke dalam film ini .. heheh .. ). Yang parah, make-upnya ga ada satupun yang natural (oke. Buat make up Rini, kadang-kadang bagus .. kadang-kadang ketebelan) .. membuat cewek-ceweknya seperti penari topeng, dan cowok-cowoknya seperti banci. Mengganggu banget tau ga sih. Seperti yang ga pede sama kulit gelap aja. Terus sound-nya .. musik sama dialog/narasi suka bertabrakan. Kadang sulit ngedengerin apa yang dibicarakan di film karena volume musik yang kekencengan (apa gue yang budi? Budek dikit, maksudnya). Waktu acara nyanyi-menyanyi .. lipsync-nya juga banyak yang jelek .. ga sinkron. Sound editing problem?? Terakhir .. yang bikin gue mabok .. editingnya *sigh*. Lompat sana, lompat sini .. nempelnya ga keruan. Kalo udah giliran scene dengan upbeat dance .. bola mata gue bisa ke tengah semua ga balik-balik deh. Pertengahan film, gue udah ga sabar banget nungguin film selesai. Paling yang bisa gue nilai sebagai daerah abu-abu antara plus dan minus, ceritanya ga dipaksakan yang baik harus jadi Cinderella .. and sometimes revenge is sweet.

Jadi begitulah. Kecuali elo penggemar AFI atau penggemar berat musikal .. bagusnya simpen aja uang elo buat beli soundtrack-nya. Itupun kalo elo tertarik.



0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Imitating the Critics | TNB