The Day After Tomorrow

May 28, 2004 0 comments
Lumayan lah. Lumayan bagus, maksudnya. Kalo dulu di Independence Day Roland Emmerich bermain dengan api .. di sini dia bermain dengan air dan salju. Dan terus terang, gue jauh lebih suka sama filmnya yang terakhir ini. Nggak ada urusan sama makhluk luar angkasa, dan nggak ada orang atau sekelompok orang Amerika yang berusaha menjadi pahlawan demi menyelamatkan dunia. Pahlawan yang digambarkan di sini, juga nggak lebih dari seorang ayah (dibantu oleh dua rekannya) yang berusaha memenuhi janji kepada anaknya. Yang lainnya, adalah seorang dokter yang rela mengambil resiko demi pasiennya. Juga sekelompok orang yang terjebak di perpustakaan umum, sekelompok peneliti di Skotlandia sana (daerah yang pertama kali menerima pembalasan alam terparah dan terburuk) .. dan Mexico. Tapi yang gue liat .. semuanya tergantung oleh kemurahan hati sang alam juga. Kisah ini lebih merupakan timbal balik dari apa yang dilakukan manusia terhadap alam .. and nothing can beat the Mother Nature. Manusia hanya bisa menerima dan berusaha untuk bertahan hidup. With a little touch of luck.

Bintang utama dari The Day After Tomorrow adalah murni special effect. Dan memang itulah yang gue cari dari film-film sejenis ini. Gue duduk di dalam studio sampe merasa diri gue itu kecil banget .. keciiiiiilllllll .. asli. Dari awal aja, waktu kamera menggambarkan lautan es di Antartika .. gue nggak kebayang luasnya sampe waktu kamera terfokus di area penelitian. =o =o =o. Terus juga gue merasa dingin karena di depan gue itu hampir semua adegan tertutup air dan salju. Ditambah hujan es dan tornado yang .. jeez .. itu tornado-tornado yang menghantam Los Angeles .. waktu diliput dari helikopter .. the scene is really .. really picturesque (I hope I am using the right word). It's a picture of a complete hell (yeah, like I've seen hell before) .. damn beautiful, yet scary. Dengan warna seperti foto-foto kuno dulu, kotanya digambarkan seperti rumah-rumahan lego, dihiasi oleh tiang-tiang angin yang menakutkan, terus helikopter terbang berzig-zag di antara tiang-tiang tersebut .. *speechless*. And what makes it worse, is that it's just a beginning of it. Ngeliatin air bah, agak-agak keinget sama tsunami-nya Deep Impact sih .. tapi di sini lebih kebayang tingginya karena digambarkan setinggi Patung Liberty. Juga awan-awan yang bergerombol dengan warna dan struktur yang ajaib .. terus waktu bunga-bunga es merambat membekukan semua yang ada di depannya .. seperti menyaksikan gerakan malaikat maut yang anggun dan mematikan. *hiperbola*. But I stand on my words here. Gue nggak ngitung deh berapa kali gue berdecak kagum sekaligus ngeri .. penonton yang duduk dua kursi jauhnya dari gue malah sampe berapa kali menunjuk-nunjuk layar sambil heboh berkomentar (untung jauh dari kursi gue). Ada beberapa saat gue sempet frustrasi nontonin serangan alam di New York .. gile, rasanya nggak selesai-selesai .. dan waktu semuanya selesai, seperti apa yang disaksikan para astronot dari keheningan luar angkasa sana, the feeling is kinda strange .. it's a mixture of peace and grace. Dan seperti yang gue tulis di atas .. kayaknya kalo mo diukur secara imajinasi, waktu keluar studio ukuran gue udah jadi miniature kali ye .. heheheheh ..

Selain itu, nggak banyak lagi yang bisa gue komentari tentang The Day After Tomorrow. Film ini sangat disayangkan nggak memiliki emosi. None. Nada. Zero. Karakter-karakternya yang dibintangi oleh aktor-aktor potensial seperti Dennis Quaid, Jake Gyllenhaal, Emmy Rossum dan Ian Holm .. dibuang-buang begitu aja. Sisi humanisme-nya sih ada, tapi ya itu tadi .. emosi-nya nol besar! Bahkan hubungan ayah-anak di sini nggak bisa bikin gue terharu seperti waktu nonton Frequency (Dennis Quaid dan Jim Caviezel) dan October Sky (Chris Cooper dan Jake Gyllenhaal). Padahal gue udah suka banget sama quiet manner-nya Gyllenhaal, sama emotional expression-nya Quaid. Tapi waktu mereka berdua itu ditemuin .. nggak nyampe deh. Malah lebih bagusan ngeliatin hubungan tiga orang peneliti di Skotlandia itu. Mungkin bisa disalahkan plotnya yang kurang menggali kedalaman karakter mereka, tapi kayaknya bukan cuma itu aja. Yang gue liat adalah sutradaranya sendiri yang menomorduakan aktor-aktornya, kurang perhatian gitu lho. *shrug*.

Well. Overall, it's a fun movie. To see the smile of Sam, and to see the frozen buildings (and people). And no need to think hard on logics, science, or whatever related to it. Anything can happen when God (and Mother Nature) is fed up with us. No arguement.


Read more.

0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Imitating the Critics | TNB