Janji Joni

May 4, 2005 0 comments
Kata Joni, 7 dari 10 orang mengaku sebagai pencinta film.

Bener ga sih? Trus, kenapa studio tempat film Janji Joni diputar sepi-sepi aja tuh hari ini? Udah berapa banyak yang mengaku pencinta film .. terutama pencinta film Indonesia .. yang nonton film ini? Barangkali sepi karena ini bukan nomat atau bukan weekend .. terus last show pula. Barangkali gue aja yang kerajinan pulang kantor langsung nonton .. hehehe ..

Abisnya ga sabar .. mau liat Nicholas Saputraaaaaaa ..

Awal Janji Joni memberikan janji bahwa film ini adalah tentang film. Tentang kecintaan orang-orang terhadap film. Tapi lebih dari itu, film ini mengemban misi untuk didedikasikan kepada orang-orang di balik layar .. yang sometimes (or most of the times) are lacked from acknowledgement, yang kalah populer sama gemerlap aktor-aktrisnya. For the people behind the scenes, khususnya .. pengantar roll film.

Gue tadinya sedikit banyak punya prediksi kalo film ini kebawa sama ide Cinema Paradiso. Well, ternyata .. beda. Karena film ini sangat ringan, bebas dan mudah dicerna. Bahkan tugas dan andil si pengantar roll film dideskripsikan dengan cara yang unik lewat narasi dan presentasi. Argh .. di menit-menit pertama tuh .. kena banget style-nya di gue yang demen nonton film. Semuanya tumpah ruah .. dari red carpet, celetukan pembuat film, kesombongan gaya sutradara, kebiasaan nonton di bioskop, tingkah laku para penonton (ada 10 macam penonton bioskop .. *lol*) .. semuanya ada di sini deh ..

And of course, apa jadinya film ini kalo hanya berupa potongan-potongan sindiran tentang film dan habitatnya, kalo ga dijalin dengan sentuhan roman? Janji Joni pun berkembang menjadi janji kepada si "malaikat", Mariana Renata. Dan petualangan Joni untuk memenuhi janjinya dengan menembus berbagai halangan. Joni terus berlari seperti Lola yang berlari dalam Lola Rennt .. bertemu berbagai macam karakter termasuk si cantik tomboy Voni (Rachel Maryam) dan adiknya yang who-knows-all Toni (Dwiki Riza) .. menghadapi segala macam persoalan yang harus dipecahkan dalam waktu singkat, agak mengada-ngada but it's really fun to watch, nonetheless. Muncul berbagai dialog segar dan scenes yang terus terang, imo, hanya bisa ditulis oleh penulis cerita yang benar-benar mengerti dan tau apa yang bisa merebut perhatian penontonnya - the moviegoers. And it's nice to see so many ol' and familiar faces involved in this movie. Ada beberapa yang bahkan diberikan privilege untuk "meneruskan" typical character mereka. Sayang gue ga bisa kasih beberapa contoh, karena potential spoiler. Tapi buat elo yang bisa nangkep, gue yakin elo bakalan terhibur.

Nico .. ini film Nico kedua yang gue tonton selain Ada Apa dengan Cinta?. Dan ngeliat transformasi Nico dari Rangga yang sinis dan murung .. menjadi Joni yang penuh semangat, lucu dan komikal (ekspresinya di dalam taksi waktu dijambak .. gila deh, hilarious banget!) .. gue takjub. Walaupun masih ada beberapa gesture-nya yang canggung, tapi Nico berhasil menghidupkan karakternya. Kadang-kadang Nico .. eh, Joni .. eh, Nico .. mencetuskan humor tanpa mengubah mimiknya yang cool, tapi pesennya masih bisa nyampe gitu.

Gue seneng sama Janji Joni. Seneng banget. This is a kind of movie that makes me smile, and laugh, all the way through it. Oh .. and please stay while the end credit rolls. Tadi hampir semua penonton di studio keluar sebelum waktunya, and they never know what they have missed.
Toni: "Toni dan Joni berjalan berdua bersama mencari Voni"

Pak Ucok: "Hidup itu bagaikan bioskop. Film akan tetap diputar tanpa bisa menunggu."
Joni: "Pasti bisa nunggu. Orang filmnya ada di gue."



0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Imitating the Critics | TNB