Akhirnya setelah sekian lama ditunda-tunda, gue bisa juga menyempatkan waktu buat nonton trilogi legendaris karya Francis Ford Coppola, The Godfather. As you might have known, gue nggak gitu suka sama film-film mafia, karena selama ini film-film mafia yang gue tonton itu kasar banget bahasanya dan kejamnya nggak ampun-ampun. Film mafia buat gue mempunyai dua arti: f**k dan baseball bat (you go figure it out =D). Tapi buat trilogi yang satu ini, kayaknya sih biar gimana gue mesti nonton. Masa sih gue tega ngelewatin some of the greatest movies ever made? Mana gue penasaran banget, mau tau seperti apa tampangnya Marlon Brando, Al Pacino, Robert De Niro, Robert Duvall, James Caan, dan Diane Keaton yang masih muda. Apa akting mereka sebagus atau lebih bagus dari yang sekarang? Dan apa bener trilogi ini memang sehebat yang digembar-gemborkan oleh banyak orang? Ternyata . walaupun bekerja dengan lambat, daya tariknya terbukti lumayan kuat buat menarik gue duduk dengan manis selama tiga hari berturut-turut, sekitar tiga jam sehari satu film .. nontonin gangster-gangster beraksi.
Jadi .. inilah komentar gue. !! MAJOR SPOILER ALERT !!
Diproduksi tahun 1972 (duh, pantesan gue nggak sempet nonton film ini di bioskop). New York .. di awal film karakter sang Godfather Vito Corleone udah difokuskan sedemikian rupa, dengan pandangan dan prinsip-prinsipnya. Dalam usianya yang mulai renta, karismanya nggak bergeming dan masih sangat ditakuti, sekaligus dihormati oleh anak buahnya dan orang-orang di sekitarnya. Don Vito adalah kepala mafia yang terbesar, tapi sebaliknya dia menjadi sebuah karakter yang simpatik karena caranya menghadapi musuh-musuhnya. Gue nggak ngeliat ada pembunuhan frontal yang dilakukan atau diperintahkan oleh Don Vito, mungkin karena dia digambarkan udah mengalami banyak hal dan udah lewat masanya buat main bunuh-bunuhan. Dan kalo diliat dari rasa sayangnya terhadap keluarga .. ck . pribadi lain yang hangat muncul dari dirinya. Sebagai ayah, sebagai kakek. Bahkan kematiannya pun digambarkan sedemikian hangat, saat bermain bersama cucunya di tengah kebun tomat.
Anak-anak keluarga Corleone memiliki sifat yang berlainan satu dengan yang lainnya. Sonny Corleone yang diperankan oleh James Caan (kok mirip sama Cole-nya "Charmed" ya?), punya sifat temperamental .. tapi gue suka. Kayaknya nggak ada yang disembunyikan oleh Sonny, he was just the way he was .. ceplas-ceplos, kadang gegabah dalam mengambil keputusan .. dan sayang banget sama adik-adiknya. Terutama perlindungannya terhadap Connie, yang akhirnya menyebabkan dirinya terbunuh. Argh, that bloody killing. I like Sonny, I wish he never died.
Freddy Corleone yang diperankan oleh John Cazale .. er .. karakternya nggak begitu menonjol di bagian ini. Cuma yang gue tangkep, kalo Freddy itu emang dianggap remeh oleh keluarganya. Mungkin karena sifatnya yang rada flamboyan .. jadi keliatan nggak begitu punya pendirian kuat. Sedangkan Connie Corleone yang diperankan oleh Talia Shire, sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga Vito Corleone .. hmm .. gue juga nggak begitu suka. Kesannya dia cengeng dan takut banget sama Carlo, suaminya. Ada satu adegan pertengkaran antara Connie dengan Carlo .. gue sebel ngeliat Connie ngebantingin piring sambil nangis teriak-teriak. It's a good acting from Shire, really .. but gue senewen jadinya. Mestinya itu piring jangan dibanting ke lantai, tapi dilempar ke kepala suaminya sekalian.
Sedangkan Michael Corleone . nah ini nih. Pahlawan perang yang berwajah terpelajar (really, dulu gue pernah denger kalo Al Pacino itu pernah menjadi idola karena ketampanannya .. and now I see it), dan nggak mau ikut campur dalam urusan keluarganya. Michael pulang ke keluarganya dengan membawa kekasihnya, Kay Adams (Diane Keaton emang udah cantik dari dulu ya ..), dan jelas banget kalo dia merupakan putra kesayangan Don Vito. Ribut dicari-cari buat foto keluarga bersama. Michael juga sayang banget sama ayahnya. Waktu ayahnya hampir tewas ditembak musuh, gue seneng ngeliat bagaimana Michael melindungi ayahnya. See the tears on Don Vito's eyes when Michael said "I will take care of you". I was sure I saw all the gentleness on both of the Corleones. But I was wrong. It was the turning point .. dimulai dari pembunuhan pertama yang dilakukan oleh Michael. Emang sih itu buat ngebela ayahnya .. but .. why him? Why Michael? He was so adorable, he was not supposed to kill anybody, in my opinion. But it turned out that it was destined upon him. I was upset to know that Michael had guts to kill people for a revenge, the thing that even his father went against at the beginning of the movie.
Setelah pembunuhan itu, setting berpindah ke Corleone, Sisilia tempat dimana Don Vito dilahirkan dan Michael disembunyikan di sana. It was a beautiful town .. with a beautiful woman Michael married. Hey, he'd got Kay somewhere in New York, hadn't he? How he could marry Apolonia? Though it seems to me that Michael really loved her dan pendekatan Michael ke ayah Apolonia itu manis banget .. belum lagi cara mereka berdua berpacaran dengan diikuti oleh serombongan kerabat .. but what about Kay, had he forgotten? True it was a short marriage .. tapi kesannya itu cuma buat nambahin dendam Michael dan motivasi buat dia meneruskan tongkat kepemimpinan ayahnya. Balik ke New York, ketemu lagi sama Kay .. dan akhirnya menikah .. yeee .. And somehow .. years later, janjinya kepada Kay untuk melegalisasi usaha keluarga Corleone belum bisa menjadi kenyataan. Malahan Michael semakin terlibat ke dalam dunia mafia seperti yang dijalani oleh ayahnya. Plot pembunuhan terhadap lima kepala keluarga mafia sementara dirinya sedang menjalani upacara pembaptisan keponakannya, berlangsung cepat dan rapi terencana. It was a cruel plot, but luckily it happened so fast I managed to see it with my eyes opened. Belum lagi ditambah pembunuhan kakak iparnya, penyangkalannya di depan adik dan istrinya sendiri .. kesan gue terhadap Michael berubah 180 derajat. Sama seperti sifat Michael yang berubah .. dari pribadi yang pendiam dan innocent, menjadi pribadi yang dingin dan kejam. You check out the ending . you see the look on Kay's face and the expression on Michael's face when people bowed upon him to kiss his hands .. jeez. I hate him.
Ada satu karakter lagi yang selalu berdiri di samping sang Godfather .. Tom Hagen, yang sudah dianggap anak oleh Don Vito dan berperan sebagai kaki-tangannya. Tom yang diperankan oleh Robert Duvall berkesan bijak di usianya yang muda. Gue suka sama Tom yang tenang, serta kesetiaannya terhadap keluarga Corleone nggak perlu disangsikan. Sayangnya, sewaktu kepemimpinan dipegang oleh Michael, Tom dilepas dari posisinya dan dijadikan pengacara keluarga Corleone. Gue menduga ini karena Michael merasa terancam dan takut keputusan-keputusannya ditentang oleh Tom. Hmm.
Secara keseluruhan, gue suka sama film ini. Mungkin karena dibuat di tahun 70-an, bahasa yang dipergunakan masih sangat sopan. Juga banyak tindak kekejaman yang tersamar dan nggak terlalu terbuka. Terus terang gue nggak terlalu peduli sama jaringan usaha para mafia dengan segala kerumitannya, hampir bisa dipastikan juga gue nggak gitu ngerti kenapa bisa muncul pengkhianatan dan pembunuhan di sini. Yang sangat menonjol dari The Godfather bagian yang pertama ini adalah kekuatan karakternya yang merata .. yeah, it's an all-cast movie .. yang mungkin merupakan titik tolak dari perkembangan karir dan popularitas sebagian besar para aktornya. Though I've seen them only in their recent movies, those were made long after this movie, gue sama sekali nggak punya kesulitan buat mengidentifikasi mereka sebagai karakter di dalam The Godfather. They were the Corleones, terutama Marlon Brando yang bisa melebur seutuhnya sebagai Don Vito Corleone. Dari caranya berbicara, gerak tubuhnya, kayaknya pelan tapi mematikan gitu lhoo .. still water runs deep, that's it. And I believe from this point, I will still identify them in that way. Mereka bukan karakter-karakter yang mudah untuk dilupakan. Dan walaupun style dari film ini perlahan berubah menjadi lebih keras setelah kematian Don Vito, gue tetap suka dengan cara bertutur kisah The Godfather. It's really classic.
Footage:
Read Part II and Part III.
Jadi .. inilah komentar gue. !! MAJOR SPOILER ALERT !!
Diproduksi tahun 1972 (duh, pantesan gue nggak sempet nonton film ini di bioskop). New York .. di awal film karakter sang Godfather Vito Corleone udah difokuskan sedemikian rupa, dengan pandangan dan prinsip-prinsipnya. Dalam usianya yang mulai renta, karismanya nggak bergeming dan masih sangat ditakuti, sekaligus dihormati oleh anak buahnya dan orang-orang di sekitarnya. Don Vito adalah kepala mafia yang terbesar, tapi sebaliknya dia menjadi sebuah karakter yang simpatik karena caranya menghadapi musuh-musuhnya. Gue nggak ngeliat ada pembunuhan frontal yang dilakukan atau diperintahkan oleh Don Vito, mungkin karena dia digambarkan udah mengalami banyak hal dan udah lewat masanya buat main bunuh-bunuhan. Dan kalo diliat dari rasa sayangnya terhadap keluarga .. ck . pribadi lain yang hangat muncul dari dirinya. Sebagai ayah, sebagai kakek. Bahkan kematiannya pun digambarkan sedemikian hangat, saat bermain bersama cucunya di tengah kebun tomat.
Anak-anak keluarga Corleone memiliki sifat yang berlainan satu dengan yang lainnya. Sonny Corleone yang diperankan oleh James Caan (kok mirip sama Cole-nya "Charmed" ya?), punya sifat temperamental .. tapi gue suka. Kayaknya nggak ada yang disembunyikan oleh Sonny, he was just the way he was .. ceplas-ceplos, kadang gegabah dalam mengambil keputusan .. dan sayang banget sama adik-adiknya. Terutama perlindungannya terhadap Connie, yang akhirnya menyebabkan dirinya terbunuh. Argh, that bloody killing. I like Sonny, I wish he never died.
Freddy Corleone yang diperankan oleh John Cazale .. er .. karakternya nggak begitu menonjol di bagian ini. Cuma yang gue tangkep, kalo Freddy itu emang dianggap remeh oleh keluarganya. Mungkin karena sifatnya yang rada flamboyan .. jadi keliatan nggak begitu punya pendirian kuat. Sedangkan Connie Corleone yang diperankan oleh Talia Shire, sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga Vito Corleone .. hmm .. gue juga nggak begitu suka. Kesannya dia cengeng dan takut banget sama Carlo, suaminya. Ada satu adegan pertengkaran antara Connie dengan Carlo .. gue sebel ngeliat Connie ngebantingin piring sambil nangis teriak-teriak. It's a good acting from Shire, really .. but gue senewen jadinya. Mestinya itu piring jangan dibanting ke lantai, tapi dilempar ke kepala suaminya sekalian.
Sedangkan Michael Corleone . nah ini nih. Pahlawan perang yang berwajah terpelajar (really, dulu gue pernah denger kalo Al Pacino itu pernah menjadi idola karena ketampanannya .. and now I see it), dan nggak mau ikut campur dalam urusan keluarganya. Michael pulang ke keluarganya dengan membawa kekasihnya, Kay Adams (Diane Keaton emang udah cantik dari dulu ya ..), dan jelas banget kalo dia merupakan putra kesayangan Don Vito. Ribut dicari-cari buat foto keluarga bersama. Michael juga sayang banget sama ayahnya. Waktu ayahnya hampir tewas ditembak musuh, gue seneng ngeliat bagaimana Michael melindungi ayahnya. See the tears on Don Vito's eyes when Michael said "I will take care of you". I was sure I saw all the gentleness on both of the Corleones. But I was wrong. It was the turning point .. dimulai dari pembunuhan pertama yang dilakukan oleh Michael. Emang sih itu buat ngebela ayahnya .. but .. why him? Why Michael? He was so adorable, he was not supposed to kill anybody, in my opinion. But it turned out that it was destined upon him. I was upset to know that Michael had guts to kill people for a revenge, the thing that even his father went against at the beginning of the movie.
Setelah pembunuhan itu, setting berpindah ke Corleone, Sisilia tempat dimana Don Vito dilahirkan dan Michael disembunyikan di sana. It was a beautiful town .. with a beautiful woman Michael married. Hey, he'd got Kay somewhere in New York, hadn't he? How he could marry Apolonia? Though it seems to me that Michael really loved her dan pendekatan Michael ke ayah Apolonia itu manis banget .. belum lagi cara mereka berdua berpacaran dengan diikuti oleh serombongan kerabat .. but what about Kay, had he forgotten? True it was a short marriage .. tapi kesannya itu cuma buat nambahin dendam Michael dan motivasi buat dia meneruskan tongkat kepemimpinan ayahnya. Balik ke New York, ketemu lagi sama Kay .. dan akhirnya menikah .. yeee .. And somehow .. years later, janjinya kepada Kay untuk melegalisasi usaha keluarga Corleone belum bisa menjadi kenyataan. Malahan Michael semakin terlibat ke dalam dunia mafia seperti yang dijalani oleh ayahnya. Plot pembunuhan terhadap lima kepala keluarga mafia sementara dirinya sedang menjalani upacara pembaptisan keponakannya, berlangsung cepat dan rapi terencana. It was a cruel plot, but luckily it happened so fast I managed to see it with my eyes opened. Belum lagi ditambah pembunuhan kakak iparnya, penyangkalannya di depan adik dan istrinya sendiri .. kesan gue terhadap Michael berubah 180 derajat. Sama seperti sifat Michael yang berubah .. dari pribadi yang pendiam dan innocent, menjadi pribadi yang dingin dan kejam. You check out the ending . you see the look on Kay's face and the expression on Michael's face when people bowed upon him to kiss his hands .. jeez. I hate him.
Ada satu karakter lagi yang selalu berdiri di samping sang Godfather .. Tom Hagen, yang sudah dianggap anak oleh Don Vito dan berperan sebagai kaki-tangannya. Tom yang diperankan oleh Robert Duvall berkesan bijak di usianya yang muda. Gue suka sama Tom yang tenang, serta kesetiaannya terhadap keluarga Corleone nggak perlu disangsikan. Sayangnya, sewaktu kepemimpinan dipegang oleh Michael, Tom dilepas dari posisinya dan dijadikan pengacara keluarga Corleone. Gue menduga ini karena Michael merasa terancam dan takut keputusan-keputusannya ditentang oleh Tom. Hmm.
Secara keseluruhan, gue suka sama film ini. Mungkin karena dibuat di tahun 70-an, bahasa yang dipergunakan masih sangat sopan. Juga banyak tindak kekejaman yang tersamar dan nggak terlalu terbuka. Terus terang gue nggak terlalu peduli sama jaringan usaha para mafia dengan segala kerumitannya, hampir bisa dipastikan juga gue nggak gitu ngerti kenapa bisa muncul pengkhianatan dan pembunuhan di sini. Yang sangat menonjol dari The Godfather bagian yang pertama ini adalah kekuatan karakternya yang merata .. yeah, it's an all-cast movie .. yang mungkin merupakan titik tolak dari perkembangan karir dan popularitas sebagian besar para aktornya. Though I've seen them only in their recent movies, those were made long after this movie, gue sama sekali nggak punya kesulitan buat mengidentifikasi mereka sebagai karakter di dalam The Godfather. They were the Corleones, terutama Marlon Brando yang bisa melebur seutuhnya sebagai Don Vito Corleone. Dari caranya berbicara, gerak tubuhnya, kayaknya pelan tapi mematikan gitu lhoo .. still water runs deep, that's it. And I believe from this point, I will still identify them in that way. Mereka bukan karakter-karakter yang mudah untuk dilupakan. Dan walaupun style dari film ini perlahan berubah menjadi lebih keras setelah kematian Don Vito, gue tetap suka dengan cara bertutur kisah The Godfather. It's really classic.
Footage:
Read Part II and Part III.
0 comments:
Post a Comment