The Godfather: Part II

April 29, 2004 1 comments
Continued from Part I. !! MAJOR SPOILER ALERT !!

Diproduksi tahun 1974, dan gue denger film ini disebut sebagai film yang lebih baik dibandingkan film sebelumnya. Mungkin karena memenangkan Academy Awards dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan film sebelumnya. Well, setelah gue nonton, I don't completely agree with that. I'm not saying that the movie is not good, I'm saying that I don't like it as much as I like the first one. Padahal bagian kedua ini mempunyai keistimewaan tersendiri dengan dua kisah yang sama sekali nggak punya titik temu, dan diceritakan secara bergantian .. bolak balik .. diselip-selip.

Kisah pertama tentang Vito Corleone muda. Robert De Niro sebagai young Vito .. karakternya itu bener-bener quiet and calm. I love him. Dari kecil emang ceritanya Vito ini jarang .. er .. hampir nggak pernah berbicara. Kedua orangtuanya dibunuh, dan dia sendirian pergi meninggalkan kota kelahirannya untuk menuju New York. Di sinilah digambarkan Vito secara perlahan membangun keluarga dan meraih kehormatannya sebagai seorang Godfather. Dari sini mulai keliatan rasa sayangnya Vito terhadap anak-anaknya, terutama kepada Michael, yang sudah muncul sejak anaknya itu masih bayi. Ada banyak adegan yang menceritakan tentang hal tersebut, dan hal itu memberikan nilai lebih buat gue untuk lebih menyukai Vito Corleone. Juga terhadap istrinya .. one memorable scene for me .. when Vito silently kissed his wife at the dining room . without a word, he reached her hand and kissed her in the mouth. So sweet! Kisah ini juga kerasa lebih ringan karena ada humor . dikit sih, tapi lumayan menggelitik. Di sini gue juga tau, kalo ternyata Vito punya sifat seorang pembunuh juga. O well.

Kisah kedua menceritakan tentang kelanjutan kehidupan Michael Corleone sebagai Godfather di Nevada. Semakin dewasa dan semakin kejam. Keluarga bukan lagi merupakan prioritas buat Don Michael. Hubungannya dengan Kay berantakan, dia juga lebih sering berada di luar rumah, sibuk dengan urusan-urusannya. Di sini keluarga Corleone dan usahanya mulai mendapat sorotan dari hukum, tapi yeah .. Michael mengambil langkah intimidasi yang menurut gue licik banget, dan bisa ditebak kalo dia lolos nggak tersentuh. Ketidakpercayaan Michael terhadap Tom Hagen juga sangat menyebalkan. Di sini, peran Kay Adams, Freddy Corleone dan Connie Corleone mendapat porsi lebih besar dibandingkan film sebelumnya. Gue angkat jempol buat Kay, she's a kind of a woman. Satu-satunya wanita yang berani menentang sang Godfather. Kay stood strong, di dalam prinsipnya untuk keluar dari urusan mafia suaminya, walaupun dia harus mengorbankan anaknya sendiri. Beneran, waktu Kay dan Michael bertengkar .. I would stand by her all the time. Go ahead, Kay .. leave him and let him be miserable in his life! Connie di sini semakin dewasa dan hidup semaunya di luar keluarga Corleone. Well, menarik juga menyaksikan perubahan sikap Connie yang menjadi lebih outspoken dan cuek. Sedangkan Freddy .. mulanya sih gue nggak suka sama dia, tapi lama-lama gue merasa simpati. Gue suka waktu Freddy ngobrol berdua dengan Michael di Havana, dan waktu dia nanya bahasa Cuba-nya Banana Daiquiri itu apa .. terus dijawab sama Michael: "Banana Daiquiri" .. haha .. nice! And then Michael smiled .. I like it. It was a warm smile, sesuatu yang jarang keliatan dari seorang Michael Corleone. Gue sangat menyayangkan Freddy akhirnya mengambil langkah salah, yang berakibat fatal. Ekspresi Michael ketika mengetahui keterlibatan Freddy terhadap usaha pembunuhan dirinya .. it was really heartbreaking. For once, I felt sorry for Michael that he had to face this fact. And I was really worried about what would gonna happen with Freddy, I found myself begging along with Connie that he would forgive his brother .. his own brother. I sensed Connie's fear .. I sensed Freddy's fear . and though Michael agreed to finally met him and accepted him, I still sensed my fear. It was like witnessing an unspeakable rage of anger, and the silence was frightening. Kayak lagi nungguin hukuman mati yang tertunda. Padahal saat itu Freddy lagi deket sama Tony (anak baptisnya Michael, anak kandungnya Connie), hubungan paman-keponakan yang manis. And there .. at the lake .. *sigh* .. though I hate it so much, gue seneng sama cara penggambarannya. It was almost like a peaceful death, in the middle of a prayer .. in the middle of beautiful surrounding .. and I only had to hear the sound of the shot. Good. I was not in favor of seeing anymore blood.

Seperti film pertamanya, The Godfather: Part II juga berfokus pada kehidupan sang Godfather. Semua karakter yang muncul di film pertama masih menunjukkan kualitas akting bagus (bahkan ada beberapa yang keliatan lebih bagus karena porsi perannya ditambah, seperti Diane Keaton dan Talia Shire), terutama Al Pacino. Dia menjadikan Don Michael Corleone serupa tapi tak sama dengan Don Vito Corleone. Sama-sama punya karisma, sama-sama dihormati dan ditakuti, sama-sama tenang dalam bertindak .. tapi dengan kekejaman dan emosi yang melebihi ayahnya. Michael Corleone menomorsatukan dirinya .. nggak ragu untuk membunuh musuh-musuhnya, walaupun mereka keluarganya sendiri. Dan lebih dari sekali emosi Michael meledak.

The Godfather: Part II is still great in terms of directing and writing. Membuat sebuah film yang mengandung dua kisah dengan kualitas yang sama bagusnya, dengan aktor yang sama kuatnya, sekaligus mempertahankan apa yang sudah dibangun oleh film pertamanya bukan hal yang mudah. Kedua kisah ditampilkan dengan berbeda, tapi sangat mudah untuk diidentifikasi buat gue. Kisah Vito Corleone diusung dalam warna yang soft dan hangat, sesuai dengan pribadi asal dari Vito. Sedangkan kisah Michael Corleone diusung dalam warna yang dingin dan keras, sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Michael di sepanjang karirnya sebagai Godfather. I say I'll take Vito all the way. Gue suka kisah ini lebih karena .. well . De Niro dan Vito Corleone. Kemiripan Robert De Niro dengan Marlon Brando sebagai Vito Corleone itu amazing banget. Dari warna suaranya, gayanya berbicara, karismanya .. semuanya. Gue salut sama castingnya. Dan juga pada dasarnya gue pengen tau lebih banyak tentang Vito Corleone. Sayangnya .. kisahnya nggak bisa diceritakan secara lebih mendetil karena porsi film lebih banyak diberikan kepada kisah kedua. Kesan yang gue tangkap jadinya .. gimana ya .. kok nggak lengkap, dan terlalu mudah bagi Vito untuk terlibat ke dalam dunia mafia dan menjadi seorang godfather.

Dan sekali lagi gue nggak mau repot-repot berusaha mengerti tentang urusan mafia keluarga Corleone. Terlalu banyak karakter, especially in this movie, and I'm beginning to lose track of time. Catatan tahun hanya ditampilkan di awal kedua kisah .. selanjutnya, gue sibuk nebak-nebak tanpa hasil .. ini tahun berapa, umurnya Michael sekarang berapa, umurnya Vito sekarang berapa (cuma beda di kumisnya aja). Dan bagian kedua ini menambah antipati gue terhadap sang Godfather =D. I guess that's why I don't like it that much. Yang bikin gue betah nonton karena keterlibatan emosi gue terhadap karakter-karakter utamanya. And no matter how much I hate Michael Corleone, I believe somehow he was the one who made this movie interesting with everything he did.

Footage:
Read Part III.


1 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Imitating the Critics | TNB