The Eye

November 4, 2002 0 comments
Ini film horor yang lumayan bagus. Dari segi cerita yang berdasarkan kisah nyata, dari musik latar, dari sudut pengambilan gambar, dan juga dari akting .. dalam hal ini, gue hanya berbicara tentang Angelica Lee. Sedangkan ukuran tingkat keseraman? Film ini seram kalo ditonton oleh elo-elo yang beruntung belum pernah membaca review-nya atau mendengar spoiler-nya .. karena bocoran sedikit apa pun pasti akan menurunkan kadar kejutan yang ada dalam The Eye, mulai dari awal sampai akhir cerita. Seakan-akan film ini memang ditujukan untuk penonton yang benar-benar buta akan The Eye. Terbukti bahwa efeknya lumayan berpengaruh ke gue yang ngerti ini film tentang apa, walaupun gue masih bisa merasakan rasa takut menyelinap karena suasana yang dibangun di dalamnya.
...
...
...

!! MAJOR SPOILER ALERT !!

Hal-hal yang menurunkan nilai The Eye menurut pendapat gue, banyak adegan yang keliatannya dipaksa muncul tanpa kejelasan. Seperti mimpi dari Mun tentang rumah sakit yang sampai di akhir cerita pun nggak banyak dijelaskan maksudnya. Atau seperti wajah yang muncul di kaca kereta .. yang pertama, okay .. yang kedua, hmm .. Hantu anak kecil berseragam sekolah yang meminta buku rapor-nya pun nggak meyakinkan, ataupun juga pengusir hantu yang mendadak muncul dan lenyap tanpa bekas mendalam. Gue juga menemukan sedikit kejanggalan dan ketidakjelasan di sana-sini, yang nggak akan gue ungkap satu per satu. Adegan yang berlangsung selama Mun ada di Thailand menurut gue malah agak membosankan. Tapi dari kesemuanya, yang paling mengganggu adalah karakter psikoterapis yang dimaksudkan untuk memberikan sedikit sentuhan manis dalam cerita The Eye, tapi ternyata yang muncul adalah sosok tanpa arti .. tanpa ikatan sama sekali.

Ide cerita yang diangkat memiliki tingkat keaslian yang tinggi. Tentu saja karena berdasarkan kisah nyata dan pengembangannya. Angelica Lee yang menjadi tokoh sentral juga pantas diberikan kredit lebih untuk aktingnya. Hanya dia yang bisa menghidupkan Mun yang putus asa dan Mun yang tegar. Ketakutan yang diekspresikannya nggak berlebihan, dan secara meyakinkan mampu membawa suasana seperti yang seharusnya terjadi. Sewaktu Mun menangis, kesedihan yang dibawa juga mampu menyentuh hati gue. Sayangnya, hanya dia saja yang patut mendapatkan perhatian .. selain hantu yang ada di ruang belajar menulis, hantu yang menjilati daging panggang di depan restoran dan hantu yang ada di dalam lift. Tiga adegan yang melibatkan ketiga hantu ini gue catat sebagai tiga adegan yang menaikkan tensi dari The Eye sampai ke titik maksimal. Didukung oleh sudut kamera yang pas dan musik latar yang mendirikan bulu roma, terutama untuk adegan dalam lift, ketakutan Mun sangat nyata terlihat. Dan satu aksi yang muncul di dekat akhir cerita, lumayan memberikan kesan karena harapan gue dimentahkan begitu saja.
...
...

Apakah The Eye layak untuk ditonton? Tergantung dari harapan elo masing-masing akan film ini. Harapan dari gue hanya terpenuhi sekitar 60%, tapi tetap gue nggak merasa waktu gue kebuang gara-gara nonton The Eye .. karena Angelica Lee dan Pang Bersaudara.



0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Imitating the Critics | TNB