The Majestic berkisah tentang seorang penulis skrip film, Peter Appleton, yang karirnya terancam bubar akibat komunisme. Putus asa dalam jebakan tuduhan yang sulit disangkal, Peter mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya menderita amnesia, dan membawanya ke Lawson. Kemunculan Peter diidentifikasikan sebagai Luke Trimble, putra dari Harry Trimble yang sudah lama hilang dalam Perang Dunia II. Suatu kejadian yang menghadirkan kembali napas kehidupan di kota kecil yang indah, tapi nyaris mati itu, sekaligus memberikan arti lain bagi kehidupan Peter Appleton.
Didukung oleh banyak aktor terkenal, The Majestic hampir bisa dipastikan adalah film milik Jim Carrey yang paling berkesan. Carrey memberikan kejutan yang manis dalam perannya sebagai Peter Appleton/Luke Trimble. Serius dan perlente dalam akting dan penampilan, karakter Peter ditampilkan kuat sebagai seseorang yang kehilangan identitas, tapi masih memiliki jati diri untuk menentukan ke arah mana dia harus melangkah. Lawan mainnya, aktor veteran Martin Landau yang berperan sebagai Harry Trimble. Dalam usianya yang lanjut, Landau masih bisa menampilkan performa yang simpatik sebagai seorang ayah yang menemukan keajaiban dari munculnya masa lalu yang berwujud Luke Trimble. Sedangkan Adele Stanton, kekasih dari Luke, diperankan oleh Laurie Holden. Cantik dan sederhana, penampilannya sangat efektif sebagai wanita yang masih menyimpan harapan atas Luke, walaupun ada rasa curiga yang terbersit jauh di dalam hatinya.
Frank Darabont yang terkenal dengan film-filmnya yang berdurasi panjang, menyuguhkan tontonan sepanjang dua jam lebih tanpa terasa membosankan. Selain latar belakang cerita yang mengambil segi perfilman sebagai bisnis yang penuh kecurangan dan intimidasi, segi ini juga ditampilkan sebagai bisnis yang penuh kemegahan. Menyaksian The Majestic seperti menyaksikan putaran kehidupan di dalam suatu ruang lingkup tersendiri, terpisah dari masa kini yang jauh lebih individualistis. Suasana tahun 1951 pun dibangun sedemikian rupa menjadi suatu masa yang nostalgik, dengan musik jazz dan dansa boogie-woogie yang mampu membuat penonton tergerak mengikuti iramanya. Suatu masa yang menyimpan kenangan akan tingginya semangat perjuangan dan patriotisme di atas segalanya, walaupun sikap itu sebagian besar terbukti harus dibayar mahal dengan nyawa. Kehangatan yang menonjol mengalir melalui adegan demi adegan di Lawson, dimana semua orang saling mengenal dan peduli satu sama lain, saling bekerjasama dan mau berbagi kegembiraan sekaligus kesedihan. Dan bagaimana seseorang yang pada dasarnya sama sekali asing bisa masuk ke sana, diterima dengan tangan terbuka dan penuh kasih, dan bagaimana penerimaan itu berbalas menjadi jalan bagi semua orang untuk keluar dari kemelut dan ketidakacuhan.
Menyaksikan The Majestic seperti menyaksikan suatu pengalaman yang menyejukkan dan menentramkan hati.
Didukung oleh banyak aktor terkenal, The Majestic hampir bisa dipastikan adalah film milik Jim Carrey yang paling berkesan. Carrey memberikan kejutan yang manis dalam perannya sebagai Peter Appleton/Luke Trimble. Serius dan perlente dalam akting dan penampilan, karakter Peter ditampilkan kuat sebagai seseorang yang kehilangan identitas, tapi masih memiliki jati diri untuk menentukan ke arah mana dia harus melangkah. Lawan mainnya, aktor veteran Martin Landau yang berperan sebagai Harry Trimble. Dalam usianya yang lanjut, Landau masih bisa menampilkan performa yang simpatik sebagai seorang ayah yang menemukan keajaiban dari munculnya masa lalu yang berwujud Luke Trimble. Sedangkan Adele Stanton, kekasih dari Luke, diperankan oleh Laurie Holden. Cantik dan sederhana, penampilannya sangat efektif sebagai wanita yang masih menyimpan harapan atas Luke, walaupun ada rasa curiga yang terbersit jauh di dalam hatinya.
Frank Darabont yang terkenal dengan film-filmnya yang berdurasi panjang, menyuguhkan tontonan sepanjang dua jam lebih tanpa terasa membosankan. Selain latar belakang cerita yang mengambil segi perfilman sebagai bisnis yang penuh kecurangan dan intimidasi, segi ini juga ditampilkan sebagai bisnis yang penuh kemegahan. Menyaksian The Majestic seperti menyaksikan putaran kehidupan di dalam suatu ruang lingkup tersendiri, terpisah dari masa kini yang jauh lebih individualistis. Suasana tahun 1951 pun dibangun sedemikian rupa menjadi suatu masa yang nostalgik, dengan musik jazz dan dansa boogie-woogie yang mampu membuat penonton tergerak mengikuti iramanya. Suatu masa yang menyimpan kenangan akan tingginya semangat perjuangan dan patriotisme di atas segalanya, walaupun sikap itu sebagian besar terbukti harus dibayar mahal dengan nyawa. Kehangatan yang menonjol mengalir melalui adegan demi adegan di Lawson, dimana semua orang saling mengenal dan peduli satu sama lain, saling bekerjasama dan mau berbagi kegembiraan sekaligus kesedihan. Dan bagaimana seseorang yang pada dasarnya sama sekali asing bisa masuk ke sana, diterima dengan tangan terbuka dan penuh kasih, dan bagaimana penerimaan itu berbalas menjadi jalan bagi semua orang untuk keluar dari kemelut dan ketidakacuhan.
Menyaksikan The Majestic seperti menyaksikan suatu pengalaman yang menyejukkan dan menentramkan hati.
0 comments:
Post a Comment