Buat penggemar berat Harry Potter seperti gue ini, yang udah baca bukunya berulang kali dari satu ke lima - balik lagi ke satu ke lima - balik lagi ke satu (=D) .. film-film Harry Potter kayaknya nggak akan mengecewakan gue. Menyaksikan cerita Potter yang dituangkan dalam dua media yang berbeda, buku dan film, gue nggak pernah punya ekspektasi bahwa filmnya harus sama seperti bukunya, atau filmnya lebih bagus or lebih jelek daripada bukunya. Gue lebih condong menganggap bahwa buku adalah dasar ceritanya, dan film adalah pelengkap imajinasinya. Dan memperhatikan bagaimana sutradara film menggambarkan seribu imajinasi dari J.K. Rowling .. it's the real treat.
"Harry Potter and the Prisoner of Azkaban" merupakan episode favorit gue dari semua serial Harry Potter. Di sana ada Dementor yang diilustrasikan dengan mengerikan, ada final Quidditch yang sangat kotor dan seru, ada satu-satunya guru Defense Against Dark Arts yang berkualitas di Hogwarts, Harry Potter dan kedua sahabatnya yang sifat pembangkangnya tambah jadi, dan twist yang dilempar di mana-mana (terutama tentang Moony, Wormtail, Padfoot dan Prongs). Melihat semuanya ini harus dituangkan ke dalam film .. gue nggak berani memperkirakan seberapa panjang durasi filmnya .. atau apakah penonton cukup sabar dalam menyimak deskripsi dari para animagus yang panjang lebar tertulis di dalam buku. (Ingat seberapa membingungkan dan membosankan ceramahnya The Architect di depan Neo dalam The Matrix Reloaded??). Terlalu banyak karakter yang dituang dalam kisah ini, serta twist yang ditulis oleh Rowling terlalu rumit dan terlalu padat untuk dimengerti hanya dengan sekali kesempatan.
Jadi gue setuju dengan keputusan Alfonso Cuaron dalam menentukan durasi film menjadi sepanjang 2 jam 20 menit aja. Konsekuensinya, pasti banyak detil yang hilang. Seperti yang sebelumnya pernah dinyatakan di berbagai sumber, bahwa Cuaron dan Steven Kloves (si penulis naskah) diizinkan oleh Rowling untuk mengambil sari dari kisah "Harry Potter and the Prisoner of Azkaban", dan diberi kebebasan untuk menterjemahkannya ke dalam film. So .. penggelembungan Aunt Marge digambarkan simple dan cepat, porsi peran keluarga Dursley dibuat hanya basa-basi aja (thank goodness, I hate The Dursleys), perjalanan Harry di dalam Knight Bus digambarkan lebih seru dalam hal aksi, busana Harry Potter dan sahabat-sahabatnya dibuat dalam gaya yang casual (bahkan seragam Hogwarts pun dikenakan dengan lebih sembrono dibandingkan dalam dua film sebelumnya), Prof. Lupin yang menanggalkan jubah lusuhnya dan menggantinya dengan jas keren (walaupun rambutnya masih keliatan kusut dan berantakan), pertandingan Quidditch dipersingkat, porsi peran Dumbledore juga lebih sedikit (Michael Gambon menggantikan Richard Harris? We have to welcome him. And he's okay as the new Dumbledore), penambahan adegan-adegan baru, perubahan atau penambahan detil asli demi mempersingkat dan mempermudah penjelasan kisah .. abis nonton, gue baca lagi bukunya dan gue nggak merasa keberatan dengan hal-hal ini karena menurut gue ini hal yang wajar terjadi dalam pengadaptasian.
Gue masih suka sama pemilihan casting dalam film-film Harry Potter, tanpa terkecuali yang satu ini, terutama untuk karakter-karakter barunya. Lupin adalah salah satu karakter favorit gue, dan David Thewlis itu oke banget. Orangnya keliatan kalem dan sabar. Gue paling suka sama adegan Lupin berbicara dengan Harry Potter di jembatan, dan tentu saja waktu dia ngajarin murid-muridnya dalam menghadapi bogart. Emma Thompson sebagai Prof. Trelawney patut diacungin dua jempol. Sulit untuk dikenali karena kacamatanya yang tebal dan gaya gypsi-nya, Thompson membawa humor dalam film ini, sekaligus kengerian sewaktu dia menyuarakan ramalannya tentang Abdi Voldemort. And Sirius Black .. Gary Oldman .. kurang kurus, kurang tinggi, kurang ganteng .. but still as good as he always be. Just look at his face when he's talking to Harry at the top of the castle after the rescue. There he is, the gentleman behind the ugly mask.
I don't want to talk about Peter Pettigrew. Euw! I'd rather talk about Buckbeak and Dementors. Buckbeak keren. Lebih keren daripada Fawkes, si burung Phoenix di film kedua. Perwujudan hippogrif ini sangat menyerupai gambaran mahluk yang diciptakan oleh Rowling, hanya dibuat dalam versi yang lebih mewah dengan warna peraknya. Sedangkan Dementors .. what can I say .. bergerak dan melayang seperti bayangan setan. Waktu pertama kali Dementors muncul di kereta, uap-uap yang keluar dari napas para murid Hogwarts, serta es yang mulai menyelimuti kaca-kaca jendela kereta .. udah cukup untuk menggambarkan kengerian yang diilustrasikan oleh Rowling dalam bukunya. Belum lagi ngeliat secara nyata, jari-jari panjang berlendir yang .. euw!
Still, I don't want to talk about Peter Pettigrew.
Dan tentang tiga tokoh utama kita, well. Gue kecewa sama Daniel Radcliffe. Itu anak kayaknya mesti dilatih lagi deh emosinya, asal jangan dipecat aja =D. Apalagi untuk kisah ini dan kisah-kisah selanjutnya yang banyak menggambarkan Harry Potter yang emosional. I have no further comment for Emma Watson and Rupert Grint. They're good.
Buku dan film Harry Potter banyak dimasukkan ke dalam kategori buku untuk anak-anak. Film pertama dan film kedua Harry Potter juga masih membawa nuansa dongeng yang sangat kental. Jelas berbeda jauh dengan filmnya yang ketiga ini. Untuk yang satu ini, penonton akan merasa bahwa Cuaron membawa kisah Harry Potter ke arah yang lebih dewasa dan lebih nyata. Setting banyak dilakukan di luar Hogwarts, dengan pemandangan alam yang hidup (ingat adegan Harry terbang bersama Buckbeak di atas danau? Ck .. it's an amazing sight ..), puri Hogwarts yang digambarkan dengan lebih suram dan kuno saat siang hari .. tapi begitu malam tiba, seperti saat Harry dan Sirius memandang puri itu dari kejauhan .. Hogwarts masih menyimpan misteri kemegahan dan keindahan. Juga waktu pertarungan akhir Harry Potter dengan para Dementor di pinggir danau, imajinasi patronus Harry itu bagus banget. Magical.
Dan sepertinya kisah film ini ditulis untuk membantu para penonton anak-anak (juga penonton dewasa) supaya nggak kesulitan dalam mencerna kisah dan menonton film berdurasi panjang. True, mungkin hanya sebagian dari mereka yang akan benar-benar mengerti jalan cerita Harry Potter and the Prisoner of Azkaban yang sesungguhnya secara detil .. but there's no one to be blamed on. We need suspension of disbelief a great deal to accept it. Let it flow. Kisah di bukunya sendiri udah sulit, apalagi waktu bagian pembalikan waktu. Maka dari itu, hint-hint awal dengan murah hati dilempar untuk mempersiapkan penonton memasuki sequence ini, dan gue yakin bahwa penonton akan bereaksi sama seperti gue waktu kebuka matanya. Surprise, karena di buku ga ada .. surprise, karena semuanya berkesan lain, lebih mudah dan lebih masuk akal.
Gue sangat menyayangkan kalo film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban ga bisa bertahan lama di pasaran, tapi gue juga memahami kekecewaan para penggemar Harry Potter yang sangat menginginkan film ini berdedikasi terhadap bukunya. But come to think of this, penonton yang nggak baca bukunya pun ada yang bilang filmnya jelek. So I think it's not about the difference between the book and the film. It's about the way we see and understand it. Lepas dari perbedaan dan prioritas detil-detil yang ada, kisah film ini sama sekali nggak berubah dari bukunya. Bahkan detil-detil yang hilang itu baru akan kerasa bagi para pembaca dan penonton yang kerap membandingkan kedua media tersebut. Dan kalo dipikir-pikir lagi, detil yang hilang itu jadi keliatan emang ga gitu penting untuk dibahas lebih lanjut dalam filmnya (of course, I still demand the long explanation about the four animagus .. but I can always read it completely from the book. And I personally think the people who don't know how important and how exciting it is, won't care too much about it anyway). Untuk penonton yang belum pernah baca kisahnya, gue rasa mereka nggak akan perlu merasa harus mencari bukunya. Kalo ngerti bagus (berarti mereka bener-bener nyimak waktu nonton), kalo nggak ngerti juga .. well, nikmati aja visualisasi dunia sihirnya Harry Potter.
Gue bisa dengan aman menyatakan bahwa adaptasi ini merupakan suatu kisah yang utuh, satu inti dalam warna yang berbeda. Menonton Harry Potter hasil karya Alfonso Cuaron dan membaca Harry Potter hasil karya J.K. Rowling menimbulkan dua interpretasi kisah yang menarik, serupa tapi tak sama. Dan itu merupakan suatu keuntungan untuk semakin memperluas imajinasi yang pada dasarnya sudah tidak terbatas.
"Harry Potter and the Prisoner of Azkaban" merupakan episode favorit gue dari semua serial Harry Potter. Di sana ada Dementor yang diilustrasikan dengan mengerikan, ada final Quidditch yang sangat kotor dan seru, ada satu-satunya guru Defense Against Dark Arts yang berkualitas di Hogwarts, Harry Potter dan kedua sahabatnya yang sifat pembangkangnya tambah jadi, dan twist yang dilempar di mana-mana (terutama tentang Moony, Wormtail, Padfoot dan Prongs). Melihat semuanya ini harus dituangkan ke dalam film .. gue nggak berani memperkirakan seberapa panjang durasi filmnya .. atau apakah penonton cukup sabar dalam menyimak deskripsi dari para animagus yang panjang lebar tertulis di dalam buku. (Ingat seberapa membingungkan dan membosankan ceramahnya The Architect di depan Neo dalam The Matrix Reloaded??). Terlalu banyak karakter yang dituang dalam kisah ini, serta twist yang ditulis oleh Rowling terlalu rumit dan terlalu padat untuk dimengerti hanya dengan sekali kesempatan.
Jadi gue setuju dengan keputusan Alfonso Cuaron dalam menentukan durasi film menjadi sepanjang 2 jam 20 menit aja. Konsekuensinya, pasti banyak detil yang hilang. Seperti yang sebelumnya pernah dinyatakan di berbagai sumber, bahwa Cuaron dan Steven Kloves (si penulis naskah) diizinkan oleh Rowling untuk mengambil sari dari kisah "Harry Potter and the Prisoner of Azkaban", dan diberi kebebasan untuk menterjemahkannya ke dalam film. So .. penggelembungan Aunt Marge digambarkan simple dan cepat, porsi peran keluarga Dursley dibuat hanya basa-basi aja (thank goodness, I hate The Dursleys), perjalanan Harry di dalam Knight Bus digambarkan lebih seru dalam hal aksi, busana Harry Potter dan sahabat-sahabatnya dibuat dalam gaya yang casual (bahkan seragam Hogwarts pun dikenakan dengan lebih sembrono dibandingkan dalam dua film sebelumnya), Prof. Lupin yang menanggalkan jubah lusuhnya dan menggantinya dengan jas keren (walaupun rambutnya masih keliatan kusut dan berantakan), pertandingan Quidditch dipersingkat, porsi peran Dumbledore juga lebih sedikit (Michael Gambon menggantikan Richard Harris? We have to welcome him. And he's okay as the new Dumbledore), penambahan adegan-adegan baru, perubahan atau penambahan detil asli demi mempersingkat dan mempermudah penjelasan kisah .. abis nonton, gue baca lagi bukunya dan gue nggak merasa keberatan dengan hal-hal ini karena menurut gue ini hal yang wajar terjadi dalam pengadaptasian.
Gue masih suka sama pemilihan casting dalam film-film Harry Potter, tanpa terkecuali yang satu ini, terutama untuk karakter-karakter barunya. Lupin adalah salah satu karakter favorit gue, dan David Thewlis itu oke banget. Orangnya keliatan kalem dan sabar. Gue paling suka sama adegan Lupin berbicara dengan Harry Potter di jembatan, dan tentu saja waktu dia ngajarin murid-muridnya dalam menghadapi bogart. Emma Thompson sebagai Prof. Trelawney patut diacungin dua jempol. Sulit untuk dikenali karena kacamatanya yang tebal dan gaya gypsi-nya, Thompson membawa humor dalam film ini, sekaligus kengerian sewaktu dia menyuarakan ramalannya tentang Abdi Voldemort. And Sirius Black .. Gary Oldman .. kurang kurus, kurang tinggi, kurang ganteng .. but still as good as he always be. Just look at his face when he's talking to Harry at the top of the castle after the rescue. There he is, the gentleman behind the ugly mask.
I don't want to talk about Peter Pettigrew. Euw! I'd rather talk about Buckbeak and Dementors. Buckbeak keren. Lebih keren daripada Fawkes, si burung Phoenix di film kedua. Perwujudan hippogrif ini sangat menyerupai gambaran mahluk yang diciptakan oleh Rowling, hanya dibuat dalam versi yang lebih mewah dengan warna peraknya. Sedangkan Dementors .. what can I say .. bergerak dan melayang seperti bayangan setan. Waktu pertama kali Dementors muncul di kereta, uap-uap yang keluar dari napas para murid Hogwarts, serta es yang mulai menyelimuti kaca-kaca jendela kereta .. udah cukup untuk menggambarkan kengerian yang diilustrasikan oleh Rowling dalam bukunya. Belum lagi ngeliat secara nyata, jari-jari panjang berlendir yang .. euw!
Still, I don't want to talk about Peter Pettigrew.
Dan tentang tiga tokoh utama kita, well. Gue kecewa sama Daniel Radcliffe. Itu anak kayaknya mesti dilatih lagi deh emosinya, asal jangan dipecat aja =D. Apalagi untuk kisah ini dan kisah-kisah selanjutnya yang banyak menggambarkan Harry Potter yang emosional. I have no further comment for Emma Watson and Rupert Grint. They're good.
Buku dan film Harry Potter banyak dimasukkan ke dalam kategori buku untuk anak-anak. Film pertama dan film kedua Harry Potter juga masih membawa nuansa dongeng yang sangat kental. Jelas berbeda jauh dengan filmnya yang ketiga ini. Untuk yang satu ini, penonton akan merasa bahwa Cuaron membawa kisah Harry Potter ke arah yang lebih dewasa dan lebih nyata. Setting banyak dilakukan di luar Hogwarts, dengan pemandangan alam yang hidup (ingat adegan Harry terbang bersama Buckbeak di atas danau? Ck .. it's an amazing sight ..), puri Hogwarts yang digambarkan dengan lebih suram dan kuno saat siang hari .. tapi begitu malam tiba, seperti saat Harry dan Sirius memandang puri itu dari kejauhan .. Hogwarts masih menyimpan misteri kemegahan dan keindahan. Juga waktu pertarungan akhir Harry Potter dengan para Dementor di pinggir danau, imajinasi patronus Harry itu bagus banget. Magical.
Dan sepertinya kisah film ini ditulis untuk membantu para penonton anak-anak (juga penonton dewasa) supaya nggak kesulitan dalam mencerna kisah dan menonton film berdurasi panjang. True, mungkin hanya sebagian dari mereka yang akan benar-benar mengerti jalan cerita Harry Potter and the Prisoner of Azkaban yang sesungguhnya secara detil .. but there's no one to be blamed on. We need suspension of disbelief a great deal to accept it. Let it flow. Kisah di bukunya sendiri udah sulit, apalagi waktu bagian pembalikan waktu. Maka dari itu, hint-hint awal dengan murah hati dilempar untuk mempersiapkan penonton memasuki sequence ini, dan gue yakin bahwa penonton akan bereaksi sama seperti gue waktu kebuka matanya. Surprise, karena di buku ga ada .. surprise, karena semuanya berkesan lain, lebih mudah dan lebih masuk akal.
Gue sangat menyayangkan kalo film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban ga bisa bertahan lama di pasaran, tapi gue juga memahami kekecewaan para penggemar Harry Potter yang sangat menginginkan film ini berdedikasi terhadap bukunya. But come to think of this, penonton yang nggak baca bukunya pun ada yang bilang filmnya jelek. So I think it's not about the difference between the book and the film. It's about the way we see and understand it. Lepas dari perbedaan dan prioritas detil-detil yang ada, kisah film ini sama sekali nggak berubah dari bukunya. Bahkan detil-detil yang hilang itu baru akan kerasa bagi para pembaca dan penonton yang kerap membandingkan kedua media tersebut. Dan kalo dipikir-pikir lagi, detil yang hilang itu jadi keliatan emang ga gitu penting untuk dibahas lebih lanjut dalam filmnya (of course, I still demand the long explanation about the four animagus .. but I can always read it completely from the book. And I personally think the people who don't know how important and how exciting it is, won't care too much about it anyway). Untuk penonton yang belum pernah baca kisahnya, gue rasa mereka nggak akan perlu merasa harus mencari bukunya. Kalo ngerti bagus (berarti mereka bener-bener nyimak waktu nonton), kalo nggak ngerti juga .. well, nikmati aja visualisasi dunia sihirnya Harry Potter.
Gue bisa dengan aman menyatakan bahwa adaptasi ini merupakan suatu kisah yang utuh, satu inti dalam warna yang berbeda. Menonton Harry Potter hasil karya Alfonso Cuaron dan membaca Harry Potter hasil karya J.K. Rowling menimbulkan dua interpretasi kisah yang menarik, serupa tapi tak sama. Dan itu merupakan suatu keuntungan untuk semakin memperluas imajinasi yang pada dasarnya sudah tidak terbatas.
0 comments:
Post a Comment