Sewaktu gue nemuin VCD Tortilla Soup bertengger di rak rental, gue nggak pake ragu-ragu lagi langsung ambil. Selentingan kabar yang gue denger menyatakan film ini memang nggak terkenal, tapi bagus. Idenya sendiri cukup memberikan motivasi gue buat nonton .. masakan lezat!
Tortilla Soup menceritakan tentang seorang juru masak hebat, di tengah ketiga putrinya yang masing-masing mempunyai sifat berlainan. Alur kehidupan mereka yang penuh variasi dipersatukan oleh ritual makan malam bersama, saat mereka bisa mencicipi masakan sang Ayah, sambil berbagi cerita, mempertahankan pendapat, bahkan sampai mendiskusikan ke arah mana kehidupan mereka akan berlanjut.
Hector Elizondo berperan sebagai sang ayah Martin Naranjo. Di dalam keluarga tanpa figur istri dan ibu, Martin mengambil peran yang sangat baik, cenderung kaku dalam menyikapi keinginan anak-anaknya. Martin nggak mau mengakui kalau dia sudah kehilangan kemampuan dalam mencicipi rasa masakan. Simbol dari monotonnya hidup sang juru masak, walaupun dia tetap memiliki kebanggaan atas profesinya.
Si sulung Leticia diperankan oleh Elizabeth Pena. Leticia adalah seorang guru yang taat beragama, menjadikan dia seorang gadis yang kurang pergaulan, hampir menjurus ke usia kategori perawan tua. Sampai saat cinta datang dan dengan bantuan adik-adiknya, Leticia bisa menampilkan kecantikan dirinya.
Jacqueline Obradors berperan sebagai si tengah Carmen. Dari antara putri-putri Martin, Carmen-lah yang memiliki bakat turunan dalam hal mengolah makanan, tapi nyaris nggak pernah dipercayai oleh Martin. Sampai saat Carmen diharuskan untuk memilih profesinya sebagai wanita karir yang mapan, atau sebagai juru masak menggantikan ayahnya. Sikap Carmen dalam menghadapi Martin itu keras, demikian pula sebaliknya. Sampai figur ayah dicari Carmen dalam diri Gomez, sahabat dekat Martin.
Sedangkan si bungsu Maribel yang bandel dan keras kepala diperankan oleh Tamara Mello. Martin nyaris nggak bisa berbuat apa-apa saat Maribel memutuskan pindah ke luar rumah dan hidup mandiri. Padahal kakak-kakaknya juga ikut kaget mendengar ide tersebut.
Selain keempat karakter utama tersebut, Tortilla Soup juga diramaikan oleh munculnya Raquel Welch yang berperan sebagai Hortensia yang seksi dan ingin mendapat cinta dari Martin. Juga Constance Marie sebagai Yolanda, anak perempuan Hortensia yang tinggal bertetangga dengan keluarga Naranjo. Yolanda sering menitipkan April, anaknya yang masih kecil kepada tetangganya itu. Demikian juga dengan Julio Mechoso sebagai sang sahabat Gomez, yang bisa menjadi penengah dalam keluarga Naranjo.
Bagi penonton yang senang dengan masakan lezat seperti gue, film ini benar-benar menerbitkan selera. Bukan hanya dari penampilan makanan-makanan yang dihidangkan, apalagi saat melihat bagaimana trampilnya makanan tersebut diolah, tapi juga karena aktor-aktrisnya yang berpenampilan baik dan meyakinkan. Mereka berhasil menggambarkan suasana kekeluargaan Mexico yang kental dengan berbagai macam rasa. Pahit, manis, pedas, akrab, hangat, riuh, dengan suasana makan malam yang setiap kali menampilkan kejutan-kejutan baru .. bagaimana kehidupan mereka perlahan-lahan berubah menjadi lebih menarik, dengan saling menerima dan bersikap terbuka satu sama lain, apa adanya. Seperti rasa yang ditimbulkan saat mencicipi Tortilla Soup .. diiringi lagu berirama bolero dan tarian akrab di dapur dari gadis-gadis Naranjo .. "Quizas, quizas, quizas .."
Tortilla Soup menceritakan tentang seorang juru masak hebat, di tengah ketiga putrinya yang masing-masing mempunyai sifat berlainan. Alur kehidupan mereka yang penuh variasi dipersatukan oleh ritual makan malam bersama, saat mereka bisa mencicipi masakan sang Ayah, sambil berbagi cerita, mempertahankan pendapat, bahkan sampai mendiskusikan ke arah mana kehidupan mereka akan berlanjut.
Hector Elizondo berperan sebagai sang ayah Martin Naranjo. Di dalam keluarga tanpa figur istri dan ibu, Martin mengambil peran yang sangat baik, cenderung kaku dalam menyikapi keinginan anak-anaknya. Martin nggak mau mengakui kalau dia sudah kehilangan kemampuan dalam mencicipi rasa masakan. Simbol dari monotonnya hidup sang juru masak, walaupun dia tetap memiliki kebanggaan atas profesinya.
Si sulung Leticia diperankan oleh Elizabeth Pena. Leticia adalah seorang guru yang taat beragama, menjadikan dia seorang gadis yang kurang pergaulan, hampir menjurus ke usia kategori perawan tua. Sampai saat cinta datang dan dengan bantuan adik-adiknya, Leticia bisa menampilkan kecantikan dirinya.
Jacqueline Obradors berperan sebagai si tengah Carmen. Dari antara putri-putri Martin, Carmen-lah yang memiliki bakat turunan dalam hal mengolah makanan, tapi nyaris nggak pernah dipercayai oleh Martin. Sampai saat Carmen diharuskan untuk memilih profesinya sebagai wanita karir yang mapan, atau sebagai juru masak menggantikan ayahnya. Sikap Carmen dalam menghadapi Martin itu keras, demikian pula sebaliknya. Sampai figur ayah dicari Carmen dalam diri Gomez, sahabat dekat Martin.
Sedangkan si bungsu Maribel yang bandel dan keras kepala diperankan oleh Tamara Mello. Martin nyaris nggak bisa berbuat apa-apa saat Maribel memutuskan pindah ke luar rumah dan hidup mandiri. Padahal kakak-kakaknya juga ikut kaget mendengar ide tersebut.
Selain keempat karakter utama tersebut, Tortilla Soup juga diramaikan oleh munculnya Raquel Welch yang berperan sebagai Hortensia yang seksi dan ingin mendapat cinta dari Martin. Juga Constance Marie sebagai Yolanda, anak perempuan Hortensia yang tinggal bertetangga dengan keluarga Naranjo. Yolanda sering menitipkan April, anaknya yang masih kecil kepada tetangganya itu. Demikian juga dengan Julio Mechoso sebagai sang sahabat Gomez, yang bisa menjadi penengah dalam keluarga Naranjo.
Bagi penonton yang senang dengan masakan lezat seperti gue, film ini benar-benar menerbitkan selera. Bukan hanya dari penampilan makanan-makanan yang dihidangkan, apalagi saat melihat bagaimana trampilnya makanan tersebut diolah, tapi juga karena aktor-aktrisnya yang berpenampilan baik dan meyakinkan. Mereka berhasil menggambarkan suasana kekeluargaan Mexico yang kental dengan berbagai macam rasa. Pahit, manis, pedas, akrab, hangat, riuh, dengan suasana makan malam yang setiap kali menampilkan kejutan-kejutan baru .. bagaimana kehidupan mereka perlahan-lahan berubah menjadi lebih menarik, dengan saling menerima dan bersikap terbuka satu sama lain, apa adanya. Seperti rasa yang ditimbulkan saat mencicipi Tortilla Soup .. diiringi lagu berirama bolero dan tarian akrab di dapur dari gadis-gadis Naranjo .. "Quizas, quizas, quizas .."
0 comments:
Post a Comment